Saya pernah menjadi seseorang yang berpikir 'temanku, temanmu juga'. Dan ternyata, bukan hal yang mudah mempersepsikan seperti itu. It is not an easy task. Ada banyak tipe teman: ada yang introvert, ekstrovert, ada yang kedua-duanya. Perlu untuk mengenali karakter teman-teman yang kita punya agar kita tidak serta-merta membuatnya tersinggung, canggung, marah, dan sebagainya. Bukankah kita berteman dengan alasan khusus?
Bahkan jatuh cinta pun pasti ada alasannya.
Saya berniat membelajarkan diri untuk dapat lebih menghargai, meskipun itu hal yang tidak mudah. Banyak kejadian ketika saya harus sering-sering memahami teman tetapi teman tersebut tidak memahami saya. Kadang saya stress juga sih. Tidak memungkiri juga bahwa terkadang saya juga tidak bisa memahami teman saya (yang mungkin sudah berteman sejak lama). Teman saya yang lain pernah berkata, pertemanan layaknya pasangan kekasih. Kadang ada cemburu, kadang marah, dll. Hahaha..
Pada akhirnya memahami teman-teman seperti membaca tanda-tanda. Berulang-ulang. Proses yang tiada henti. Bagaimanapun teman-teman adalah anugerah yang Tuhan turunkan untuk kita agar kita menjadi orang yang lebih baik bukan?
Ada banyak nasehat lama tentang pertemanan, salah satunya adalah berteman dengan pandai besi terkena cipratan api, berteman dengan tukang minyak wangi terkena cipratan minyak wangi.
*kemudian temenan sama tukang minyak wangi, hehe --
2 komentar :
It's nice to read your post again.. I hope you consider me as a friend as I do, Pram
Waaa..baru baca komentar Mbak Yanet. Apa kabar Mbak dan Pontianak? Haha..iya Mbak, I will write and post in this blog regularly. The best medicine is writing, wkwkw. Insya Allah Mbak Yanet, let's be friend. Salam buat Mas Jani :D
Posting Komentar