Kisah bermula
ketika aku mengikuti sebuah seminar tentang arsitektur lanskap. Saat itu,
pembicaranya adalah seorang ibu-ibu bule peneliti yang berasal dari negeri
Belanda. Bagusnya, orang Eropa itu rata-rata fasih banget dengan Bahasa Inggris,
secara Bahasa Inggris itu bahasanya yang udah luas banget digunakan (bahasa
internasional, bahasa resmi PBB, dsb). Meskipun si pembicara ini berbahasa ibu
Bahasa Belanda, tapi Bahasa Inggrisnya cling abis dah, hehe. Bahkan dengan
senang hati beliau berbicara dengan tempo yang lambat agar peserta seminar
mengerti materi yang diutarakan. Saat itu peserta yang hadir sekitar dua puluh
orang ditambah para dosen.
Kisah konyolnya dimulai.
Saat si
ibu-ibu bule itu bertanya: “What is
Landscape Architecture?” audiens langsung hening sunyi modus senyap bak
handphone di-silent (lebay). Mingkem bayem, enggak ada yang nyahut. Aku pun mau
jawab berasa kelu banget ini lidah (halah). Setelah menit-menit berlalu, salah
seorang diantara kami menjawab. Dan ternyata si ibu-ibu bule itu tampak senang
dan menghargai sekali. Wow. Meskipun si penjawab aa ii uu dengan logat yang
sangat Indonesia (hehe) seenggaknya keheningan terpecahkan.
Pembahasan pun berlanjut. Si
ibu-ibu bule itu mengarahkan mikrofon ke kami, para peserta “Anyone who can describe is this has been
designed?” katanya sambil menunjuk foto di slide presentasi. Ada gambar
sawah disitu. Dan jeng jeng.. aku disuruh njawab. Dag dig der aku jawab “Yeah I think it has been designed befor
because I can see farm field and some parts of the land changed.” Berusaha
nge-inggris-inggrisin gaya ngomong dengan bibir sok bule. Lumayan lah
*menghibur diri*padahal kacau. Si bule tampak tertarik. Gawat, alamat ditanyain
lagi ni, pikirku.
Dan diakhir
presentasi si ibu-ibu bule itu nanya lagi ke aku -_-. Dia menanyakan apakah
kesimpulan presentasi dia. Yasudah aku jawab sekenanya. Ibu bule itu lalu
menanyakan ke dosen-dosen. Ealah ternyata sebagian besar Inggrisnya juga
belepetan kaya mahasiswa, pkhihi (*ketawa seneng*yes ada temennya).
Bahasa Inggris
itu memang dianggep biasa sih. Udah umum banget. Dimana-mana bahasa Inggris
ditemui: di iklan-iklan pinggir jalan, produk makanan/barang sehari-hari, di
buku sekolah/kuliah, di internet, di laptop, di film. Dan orang Indonesia juga
doyaaaan banget dengan bahasa Inggris, meskipun ketika ngomong Inggris mereka
enggak bagus-bagus amat. Sori. Tapi bener lho, pengamatanku, rata-rata penduduk
Indonesia (penduduk?) suka update status pake bahasa Inggris. Bikin produk
dengan tagline bahasa Inggris. Mungkin biar laku kali. Biar berasa go
international. Giliran ngomong... jegerrr.. aa ii uu.. Aku juga sih, masih
ngomong dengan belepetan. Kasihan bener bahasa Indonesia. Mana dibikin alay
pula. Hadoh. Terus dimana nasionalisme? Harusnya orang Indonesia
memasarkan/menceritakan produk hasil karya dengan bahasa Indonesia. Perkara
nanti ada orang bule nanya bahasa Inggris urusan lain. Atau opsi yang lain,
pelajaran bahasa Inggris harusnya mencetak siswa yang berani berbicara bahasa
Inggris. Bener salah belakangan yang penting bisa ngomong dan ngobrol. Apa ini
dampak kebanyakan materi bahasa Inggris sampe-sampe kebanyakan orang enggak
berani ngomong Inggris?
Ngomel mulu lw
pram. Minta ditimpuk kali ni orang. Haha.
4 komentar :
allow kaka... hahahah
halo ray,,selamat datang di blog gado-gado ku *ngumpet. hehe
hahaa bener bgt pram! tp itu depends on with whom you talk sih sebenernya. Kaya waktu itu gw di SG, ngobrol sama orang India yg ngomongnya sambil godeg gw jd babibu grogi, tp pas giliran ngobrol sama native asli SG fine2 aja. Hahaa!
hehe iya chans,, gitu lah kenyataan bahasa inggris di kita masih sekedar textbook. haha, iya ya kalo ketemu native malah fine2 wae he
Posting Komentar