Perpustakaan baru
setengah jam dibuka. Ibu-ibu petugas perpustakaan sedang mengepel lantai
sehingga saya harus menunggu sejenak di bangku di area penerimaan perpus. Tak
lama kemudian saya dipersilahkan untuk masuk. Sambil menyeruput minuman yang
saya beli, tiba-tiba seorang mahasiswi menyeruak masuk sambil memandang ke arah
saya.
“Mas, maaf saya mau urus
bebas pustaka. Syarat-syaratnya apa aja ya mas?” celetuk si mahasiswi.
Hampir tersedak, saya
meneguk minuman saya sambil tersenyum memandang mahasiswi itu. Dari potongannya
dia anak S-1.
“Maaf mbak, saya bukan
petugas perpustakaannya. Itu mas yang menjaga perpustakaan,” jelas saya sambil
menunjuk mas-mas penjaga perpus yang ternyata ada di balik nakas. Mas-mas yang
saya tunjuk hanya memandang bingung ke arah kami.
“Oh, Mas bukan penjaga
perpus?”
Etdah, perlu diulang apa
ya mbak. Tega amat dah wajah kaya gini wajah penjaga perpus..
Spontan si mahasiswi
langsung meminta maaf kepada saya, menyangka saya petugas perpus. Dia mengaku
memang tidak pernah ke perpustakaan fakultas ini (Oh my God). Hahaha, sudah
nggak apa-apa kok mbak, kata saya.
Untuk mencairkan suasana,
saya berbasa-basi dengan si mahasiswi itu. Dia empat tahun di bawah saya. Dia
mengatakan bahwa penampilan saya yang rapi (atau kelewat rapi?) tampak sebagai
petugas perpustakaan. Ahahah..yeah besok-besok saya pakai pakaian nyantai aja
kali ya ke perpus. Beberapa menit kemudian, saat saya sedang di meja perpus
sibuk mengetik, dia melambaikan tangan di meja petugas perpus. “Mas, saya
duluan ya,” ujarnya. Dan langsung ngacir keluar. Ahaha..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar