Kadangkala di tengah sibuk hiruk pikuk aktivitas, aku suka membuka facebook dan mengaktifkan fasilitas percakapan yang terletak di pojok kanan bawah. Yeah, hal yang sangat jarang ku lakukan. Jujur, punya facebook dengan jumlah teman banyak enggak menjamin semuanya adalah cocok untuk diajak ngobrol, hehe. Yah, dosa masa lalu: menerima permintaan pertemanan tanpa melihat bibit, bebet, bobot. Bukan mau rasis sih, tapi memang untuk secure. Tahu-tahu namanya alay, tahu-tahu orang iseng, ABG labil (atau bahkan orang dewasa ababil), tukang jualan yang suka menge-tag nama kita, tahu-tahu orang aneh enggak jelas. Fyuhh.. Kadang suka berpikir, jadi apa guna facebook? Connect but disconnect. Tapi yang berlaku buatku seperti itu. Sekedar tempat sharing hal-hal umum seperti foto, bukan sharing hal-hal yang privat, bukan umbar status 'jual-diri' atau pamer sedang ada dimana dengan siapa melakukan apa. Harus ada fotonya lah ya untuk mengurangi kesan galau bin jual diri (bhaha..). Selalu aku mengaktifkan mode keamanan di akun ini. Meski enggak menjamin. Meminimalisir lah.
Timing yang tepat, membawa dampak yang baik pula. Seperti malam lalu, aku mengobrol dengan kakak sahabatku yang sedang belajar nun jauh di negeri Panzer via fasilitas percakapan facebook. Seketika itu juga ada inspirasi, ada memori kala kita pernah bersama-sama bermain di Kota Tua - meski hanya berapa jam. Memori lalu terhubung ke file lain. File itu ialah sahabatku yang ada di nun jauh di ujung negeri, seperti apa sekarang, sedang sibuk apa, melakukan apa. Meski dia bukan tipe pengguna facebook pada umumnya, aku yakin dia menjalani hidupnya dengan bahagia. Sobatku satu itu memang dekat denganku semasa kuliah, meski kami hampir dua tahun tak pernah jumpa, aku percaya dia bisa.
Pernah suatu ketika aku iseng mengaktifkan fasilitas percakapan facebook. Iseng saja. Lalu mendadak muncul obrolan pembuka dari teman-temanku. Yeah, bentuk perhatian lho itu. Senang juga sih rasanya. Memiliki akun facebook terasa lebih bermanfaat daripada mengajak ngobrol via sms. Lebih murah mungkin ya? Karena sudah terintegrasi pula: bisa pasang foto, ngelink sesuatu, ajak ngobrol deh siapapun yang kau mau. Manusiawi sekali, manusia memang suka mengobrol dan memberi atau mencari perhatian. Asal dengan kadar yang cukup, facebook bisa jadi cara yang baik hehe (emangnya obat).
Ada lagi cerita yang lain tentang fasilitas mengobrol ini. Via message facebook sih. Beberapa hari lalu ada seseorang yang lama meng-add aku dan menanyakan "ini siapa ya? kita pernah kenal enggak ya?" Jdugg. Pertanyaan bagus. "enggak, kamu yang meng-add saya" jawabku. Ternyata, kami memiliki beberapa teman sama (mutual friends), dan dia juga anak IPB. Hanya semasa kuliah tidak pernah saling tahu. Obrolan itu pada awalnya menyebalkan karena dia terasa sebagai orang yang sok, tetapi anehnya setelah kami saling bertukar cerita aktivitas kami kami merasa dekat. Mungkin karena ikatan satu almamater dan satu angkatan. Dramatis, haha.
Hebat ya facebook ini. Hal yang maya terasa nyata. Entah siapa di ujung sana membalas percakapan, pesan, atau mengomentari status ini-tiu. Belum tentu dia yang menjawab lho. Konyol, pikiranku seperti ini :jangan-jangan ada alien/makhluk aneh lain yang ikut-ikutan bermain facebook lalu menyamar jadi teman? Haha..