Mengungkapkan sesuatu secara langsung itu perlu adanya.
Sampai kapanpun, lawan bicara kita bukan Tuhan yang tahu segalanya, begitu kata
sahabat baik saya. Mengalami kesulitan
komunikasi memang pasti dialami oleh semua orang. Ada orang yang tipe kurang peka,
ada yang terlalu peka. Ada yang blak-blakan bilang, ada yang tertutup. Tidak
ada yang salah, namanya juga tipikal manusia yang sudah pasti tidak ada yang
persis identik satu dengan yang lainnya.
Suatu ketika, saya merasakan jatuh cinta pada seseorang. Karena non
verbal saya tak cukup kuat membuktikan (dan bukan hal yang baik mengungkapkan
rasa hanya dengan non verbal), akhirnya saya katakan saja. Pernah pula saya
merasa kesal dengan tindakan rekanan saya, dan saya diam saja. Berharap rekan
saya itu mengerti saya – dan ternyata saya salah besar. Saya beranikan diri
saya untuk jujur berkata pada dirinya. Saya pernah merasa keberatan dengan
permintaan atasan saya dulu untuk melakukan suatu hal yang di luar jangkauan
saya. Langsung saya utarakan ketidaksetujuan saya.
Kejujuran adalah pil pahit yang harus diminum untuk
mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit.
Tetapi, dalam pemikiran saya, tidak semua harus kau katakan.
Jujurlah pada tempatnya. Lihatlah pada siapa hendak kau bercerita. Simpan
rahasia terpentingmu dalam-dalam. Saya pribadi merasa saya ‘aman’ untuk
mengungkapkan segala rahasia saya kepada sahabat. Tetapi, sahabat yang baik toh
tidak akan memintamu mengungkapkan segalanya pada dia bukan? Bersikap wajar
yang utama. Karena setiap orang, selamanya akan memiliki rahasia-rahasia yang
hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.