expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 19 Juli 2015

Selamat Idul Fitri 1436 H

Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur

Banyak warga Jakarta yang merasa bahagia kala Lebaran tiba. Sekejap jalanan menjadi lancar jaya. Tidak ada lagi dering klakson kendaraan bermotor yang menyebalkan, asap-asap knalpot jahat yang membumbung tinggi, pemotor yang menyemut-tak-amat-sangat-sabaran, serta keluh kesah karena waktu yang habis di jalan. Mudik mungkin adalah event penyelamat lingkungan Jakarta yang Masya Allah sudah luar biasa tidak manusiawi. Mobil-mobil dan motor-motor sebagian telah berpindah, enyah sesaat dari Ibukota. Bisa ditarik kesimpulan bahwa penduduk Jakarta sebagian besar adalah warga pendatang dari penjuru Indonesia. Saat hari lebaran tiba, mereka absen keberadaannya di ibukota. Tak heran, kota ini seperti kehilangan jiwa. Berapa banyak orang yang benci dengan Jakarta namun tetap saja bekerja di Jakarta? Mencintai kota ini mungkin seperti suatu hal yang mustahil. Tetapi dibalik parahnya kondisi Ibukota, ada iming-iming uang dan janji kehidupan yang layak yang menjanjikan. Sepertinya.
.
Pemerintah kota mungkin sudah amat sangat terlambat berpikir untuk transportasi makro. Untuk pengembangan jalan tol yang melingkari Jakarta dengan kota-kota penyangganya, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, mungkin sudah cukup mumpuni secara fisik. Kenyataannya, kemacetan justru menggila di hari kerja. Cara berpikir bahwa 'membangun fasilitas jalan raya sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kemacetan' harus dipikirkan kembali. Bukannya malah justru menjadi pembenaran orang untuk menggunakan kendaraan pribadi?

"Gw kredit mobil aja ah, toh jalan tol makin banyak dibangun."
"Transportasi umum udah nggak jelas, nggak aman, boro-boro nyaman."


Kiri: Bandara Halim PK | Kanan: Kalibata-Jatinegara | Atas: Ps Rebo-Bogor | Bawah: Cawang-Tj Priok

Kereta api lantas menjadi moda transportasi favorit warga. Jalurnya jelas, ada jadwalnya, dan yang pasti, tidak perlu stuck terjebak kemacetan jalanan. Bisa mengangkut ribuan orang sekaligus sekali jalan. Tapi menurut saya, jaringan kereta api seharusnya sudah merambah luas ke penjuru kota. Layaknya proyek MRT yang sedang dikerjakan oleh pemprov DKI saat ini. Kenapa nggak dibikin dari dulu-dulu ya? Pikir saya begitu. Untung udah dirintis sekarang. Untung. Yeah, untunglah.

Mimpi saya, saya membayangkan ada stasiun MRT di Cililitan. Seperti foto saya di atas.  Dari stasiun MRT Cililitan, saya bisa dengan nyaman menjangkau stasiun MRT Terminal Kp Rambutan saat pulang kampung, atau main ke stasiun MRT Baranangsiang untuk leha-leha ke Kebun Raya Bogor, atau meluncur ke stasiun MRT Gambir untuk naik ke puncak Monas, bahkan saya bisa ke stasiun MRT Bandara Soetta tanpa harus bersumpah serapah karena kemacetan.

Saya berdoa orang-orang cerdas dan orang-orang baik yang sayang dengan Jakarta tetap lebih banyak jumlahnya dari mereka yang culas. Kota ini butuh pengobatan.

19.07.2015
Hari ke-3 Lebaran 1436 H
Masih menikmati jalanan yang belum menggila ~