Kemudian terkait jaminan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ya itu juga hasil dari politik juga. Bikin KTP? Ngurus surat-surat, paspor segala macam. Sebenarnya itu juga politik karena terkait dengan pemerintah asing. Naik pesawat terbang kalau nggak ada perjanjian politik nggak boleh tuh mendarat seenaknya. Misal: saya mau umrah terus kalau kedua belah pihak pemerintah nggak sepakat membuka hubungan diplomatik ya nggak bakal bisa mendarat di bandara sana :D
Yeah, tahun ini (katanya) adalah tahun 'panas' karena masyarakat Indonesia akan melangsungkan pemilihan umum. Sedihnya, banyak teman mahasiswa saya yang notabene sudah mengenyam bangku pendidikan yang cukup baik malah memilih untuk golput, alias golongan putih (putih putih melati alibaba.. merah merah delima pinokio..)
"Semua partai sama aja, korup semua."
"Nggak ngefek milih kok, hidup tetap berjalan.." dan sejumlah alasan-alasan lain mereka kemukakan.
Konsekuensi hidup di negara demokrasi yang berbentuk republik seperti Indonesia ini, akan berdampak pada mekanisme perpolitikan melalui keberadaan sejumlah partai. Tidak ada partai yang tidak korup, begitu asumsi saat ini. Semua partai maupun caleg hanya ngincer duit, ibarat kata kasarnya seperti itu. Yah, tiap hari berita di media massa tiada bosannya melaporkan kasus korupsi. Sampe bosan dah nontonnya.
Saya barangkali beruntung sempat nyicip dunia perpolitikan kampus. Sedikit banyak jadi tahu bagaimana mekanisme pemilihan ketua senat (voting, atau musyawarah, bagian dari perpolitikan), mengevaluasi anggaran dari para himpunan profesi (budgeting, bagian politik juga), bermusyawarah dengan teman-teman dari lembaga lain (politik juga,,). Sempet mengalami juga namanya intrik dan tipu muslihat: saat pemilihan presiden mahasiswa. Black campaign. Representasi Indonesia dalam wujud kehidupan kampus.
Ngomongin politik ngeri banget ya..hehe
Tapi ya itu. Politik yang sekarang dipahami oleh banyak orang hanyalah politik praktis: yang tampak saja. Coba kamu perhatikan, saat kamu di rumah misalnya, merembukkan destinasi jalan-jalan bersama keluarga juga bagian dari politik lho.
"Pa, saya nggak mau ke pantai,, saya mau udara yang segar," kata anak yang satu.
"Pa, saya nggak mau ke gunung, saya pasti kedinginan," kata anak yang lain.
"Pa, Mama nggak mau yang jauh-jauh, nanti capek," Mama turun bicara.
"Yasudah, kita jalan-jalan ke taman kota saja yuk. Dekat dari rumah, udaranya segar, yang pasti juga ga capek," ujar sang Ayah bijak mengakhiri sesi 'lobi politik' bersama anggota keluarganya. Bayangkan, apabila si Mama itu nggak ikut serta dalam lobi tersebut. Apatis.
Nah lho. Politik lagi.
Udah pada ambil kuliah statistik kan ya? Hehe,, Pasti kamu bisa menilai setiap partai dengan beberapa variabel yang nantinya bisa dipilih mana partai yang sesuai dengan kriteria. Apapun bisa kamu buat menjadi variabel untuk menilai. Pastilah ada partai yang memiliki nilai yang tinggi dong.
Jadi, buat kalian warganegara Indonesia, seharusnya ikut berpartisipasi dengan memilih wakil ralyat untuk duduk di pemerintahan. Kalau kamu apatis, masa bodoh, cuek, golput,,,sebenarnya bisa dipertanyakan status kewarganegaraanmu. Kamu itu WNI atau bukan sih? Jangan-jangan warga planet Mars, hehe... Udah saatnya kita lebih terbuka wawasan dan pikiran.. Banyak baca dan menganalisis informasi.
"Trus kalo saya milih partai X trus kalah gimana dong? Aspirasi saya gimana? Rugi juga kan jadinya.."
Weits,, lumrah banget seperti itu. Menurutku, dengan masyarakat berjuta-juta kayak gini, peluang dan kombinasi yang muncul mutlak terjadi. Setidaknya dengan berusaha mencari tahu informasi yang benar, kita akan punya dasar untuk memilih partai apa. Gitu. Milih partai aja belum tentu menang, apalagi nggak milih? Sama kaya pakai helm aja mungkin masih mengalami kecelakaan apalagi nggak pakai helm?
Jadi, say no to golput ya :D