expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 27 Maret 2014

soundcloud dan arti mendengarkan

Beberapa teman artis saya di Tengtong Family 43 menyukai soundcloud. Saya mengartikannya sebagai 'suara awan', haha. Nggak minat awalnya dan nggak pernah buka juga itu yang namanya soundcloud. Tetapi saat saya iseng membuka soundcloud teman-teman artis saya itu, saya langsung suka. Lagu yang antimainstream menurut saya. Bagus. Easy listening. Mengingatkan saya pada koleksi kaset jadul Bapak yang ada di almari ruang tamu di rumah. Bapak suka Koes Plus,Teti Kadi, Ebiet, dan artis-artis Indonesia lama lain (saya enggak hapal). Saya menyebut lagu-lagu Koes Plus dan teman-temannya sebagai lagu abadi - legenda.  Bapak dan Mama otomatis mendendangkannya saat stasiun radio tengah memutar koleksi lagu lama.

Mendengarkan memang menyenangkan. Mengapa saya baru menyadarinya ya? Ternyata lewat lagu-lagu yang teman saya mainkan, saya bisa melamun panjang dan berangan-angan. Saya tinggal klik-klik ikon 'play' saja di soundcloud. Selain lagu, bisa juga ternyata ya mengunggah cerita di soundcloud. Mbak Ika, teman artis saya, mengunggah cerita tentang anak berkebutuhan khusus yang mengalami sindrom Down (tuna grahita). Bagus lho. Meski saya tak tahu seperti apa videonya, tetapi cukup mendengarkan saya bisa merasakan dan meresapinya *jjiaah.. Berkat Mbak Ika, saya jadi bisa tau lagu Indonesia jadul, haha.. (suwun mbak Ik). Ada juga teman artis saya, Dicky dan Tish, yang pernah nggonjreng gitar bareng. Menyanyikan lagunya Kotak. Dan itu sangat kocak dan menghibur saya :D Saat saya mendengarkan suara mereka via soundcloud, sekelebat saat itu juga saya seperti melihat mereka dalam pikiran saya. Tish sendiri pernah mengisi narasi untuk video tugas kelas saya lho. Bagus dia mengisinya. Asli, mirip seperti mbak-mbak presenter di televisi :D.

Dalam pikiran saya, bagi banyak orang, mendengarkan lagu mungkin adalah romantisme tersendiri. Berbeda rasanya saat menonton film: visual dan audio dipadukan. Pikiran sudah diarahkan pada visual yang disajikan. Beda ketika kita diharuskan mendengarkan. Sama halnya ketika mendengar suara Ibu menelepon via ponsel, menanyakan kabar. Tidak ada wujud ibu yang tampak: hanya suara beliau saja. Tapi dalam pikiran saya langsung terbayang wajah ibu yang panik. Atau ketika saya mendengarkan suara hujan lebat turun: teringat rumah dan mendadak panik dengan banjir. Atau ketika saya mulai jengah mengetik laporan akhir saya ini: saya lalu menyalakan mp3 dengan macam-macam aliran: dangdut, pop, rock, bahkan instrumental biola yang justru bikin tidur. Atau saat Jumat tiba: terdengar lantunan ayat suci pertanda waktu shalat akan segera tiba.

Jadi orang memang harus mau mendengarkan. Sedapat mungkin dengarkan yang baik-baik ya :D
Listening is not just hearing.




Tidak ada komentar :