expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 September 2015

Congrats Potter!

Mungkin dia contoh anak lenskep yang banyak aktivitas dan manfaatnya sepanjang saya kuliah di IPB. Sebut saja namanya Annisa Hasanah (memang namanya, ahahaha). Dia adalah teman sekelas saya di kelas ARL Pasca 2012. Dan jreng,,jreng.. dia berhasil menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Student Traveler. Berawal dari hobi jalan-jalan dan tulisan di blognya (cek aja di di sini ), Potter merangkumnya dalam sebuah buku mengenai keseruan dia menjelajahi berbagai negara. Sepanjang kurun masa jalan-jalan, Potter, panggilan akrabnya, sudah mengarungi 21 negara dalam 5 tahun! Wuihh kereeen...Masih berstatus pelajar, dan jalan-jalan keluar negeri? Nothing is impossible - begitu kata Potter. Banyak informasi penting serta kisah-kisah menarik Potter di buku ini. Penasaran? Beli langsung bukunya ya :D


Ini dia penampakan buku-nya

Ssiik.. Buku saya ditandatanganin.. Kalo Potter udah terkenal, bakalan susah mintanya kan. hehehe..

Go Green Campus

Pemandangan areal parkir di IPB 
Bulan depan, Oktober 2015, kampus saya akan memberlakukan peraturan kendaraan bermotor dilarang beredar di dalam kampus. Nantinya, warga kampus diwajibkan memakai transportasi publik berupa bus, mobil golf, dan sepeda kampus.

Whew..kabar ini cukup mengagetkan buat saya sebagai pemotor. Wah, bakalan nggak bisa ngeluyur keliling kampus pake motor dah ini, hehe..  IPB memang tahun-tahun belakangan ini mulai banyak berubah yang ke arah lebih baik tentunya. Namanya juga kebijakan, pasti ada pro dan kontra. Kabarnya, abang-abang ojek akan dipekerjakan dan diseleksi, nanti ada tap cash untuk naik bus (jadi tetap berbayar), dst.

Di salah satu akun media sosial kampus, banyak mahasiswa yang protes, khususnya bagi mahasiswa fakultas di kawasan dalam kampus seperti Fakultas B, C, dan D. Tak ketinggalan mereka yang praktikum ke kebun percobaan di areal dalam kampus. Kedengaran memang bakal merepotkan sekali sih. IPB bukan tipikal kampus yang hanya datang-duduk-mendengarkan dosen mengajar lalu sudah. Mayoritas jurusan di IPB yang mata kuliahnya mengharuskan praktikum sehingga harus wara-wiri keluar-masuk kampus.

Saat saya awal masuk IPB pada tahun 2006, jumlah motor memang nggak sebanyak sekarang. Asrama putra dulu yang bawa motor juga nggak begitu banyak. Saya malah dulu belom lancar bawa motor. Diagon Alley alias Bara pun masih relatif lancar belum banyak parkir motor di sepanjang jalan. Bapak-bapak penarik becak banyak lho di IPB. Mungkin becak adalah kendaraan paling eco di IPB. Mobil, ngeluarin emisi. Motor juga. Dan dulu, Dramaga-Stasiun Bogor masih bisa ditempuh satu jam kurang by angkot. Hingga ledakan jumlah pengguna kendaraan bermotor pun bertambah, seiring jumlah penduduk naik dan taraf kesejahteraan orang-orangmeningkat. Wajar sih.

Saya sebagai mahasiswa yang udah cukup lama ngendon di kampus ini (waduh jadi malu -_-) merasa mungkin inilah titik awal perubahan budaya bertransportasi di masyarakat kita *tssahh. Dimulai dari lingkup kampus, tempat yang menjadi 'dapur' manusia-manusia yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang, menggantikan bapak-bapak kita sekarang ini. Kedengarannya memang normatif, klise, apalah itu. Tapi memang kadang mesti agak 'digalakin' dikit. Mau sampai kapan kampus ini dijejali oleh kendaraan bermotor yak..

Mungkin niat mulia IPB adalah agar sivitas akademik mulai membiasakan hidup sehat. Udah tahu kan kalau orang Indonesia kebanyakan males jalan kaki, hehe. Dikit-dikit motor, dikit-dikit mobil. Fasilitas bus kampus yang nyaman ber-AC, pedestrian yang nyaman dan aman, serta penyediaan sepeda kampus yang mumpuni, diharapkan menjadi 'budaya baru bertransportasi' kampus IPB. Emang banyak yang mesti dipersiapkan sih, jadi memang jangan langsung ujug-ujug berubah. Kalo bisa sih pemakaian bus kampus bisa gratis untuk mahasiswa dan untuk pengunjung berbayar. Pedestrian sepanjang kampus juga perlu dibenahi, belum semua nyaman untuk jadi tempat berjalan kaki. Yang nyaman itu contohnya ada di depan kawasan FEMA, lebar dan asri sama pepohonan. Yang nggak nyaman contohnya di depan Faperta, hahaha.. Kebanyakan rambu "Dilarang Parkir" sama "Dilarang Berhenti" (*tetep aja mobil-mobil pada parkir, hedeuh..). Yang berubah dan dibenahi memang bukan hanya fasilitas saja lho. Sivitas akademik juga harus ikut menyesuaikan perilaku. Bukan hanya mahasiswa, dosen dan staf juga. Yah,,maap-maap sih, memang kebanyakan pemakai mobil itu dosen kan? Yang pakai motor kebanyakan mahasiwa sama staf. Gitu deh pokoknya. Kalau mau berubah ya berubah sekalian. Mobil motor berkontribusi pada keruwetan jalan dan polusi lingkungan kan?

Kalo dari sudut pandang bikers kaya saya sih (*kemudian curcol) awalnya mungkin susah. Tapi ya namanya hidup mesti berubah ke arah lebih baik. Harus dibiasakan. Membiasakan yang baik dan benar. Mana tahu di kehidupan yang akan datang, di masa kita sudah tua atau bahkan sudah nggak ada, budaya bertransportasi Indonesia sudah jauh lebih baik dari sekarang. Sudah pada mau pakai transportasi umum. pedestriannya nyaman, banyak yang jalan kaki sekalian olahraga...

Busyet dah saya lagi kejedot apa nih tiba-tiba wise. Hahahah.. Pokoknya maju terus dan jayalah IPB kita :D