expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 13 Maret 2016

Wisata Jalan Kaki di Bogor

Suatu hari, tamu negara yang sudah mengirimi kami ikan teri Sulawesi, Ibu Julia, datang berkunjung ke Bogor. Well, saya dan Ray bertugas menjadi guide Ibu Julia. Awalnya kami berdua bingung, mau ajak Ibu Julia kemana.. Akhirnya tercetus ide untuk mengajak Ibu Julia berwisata jalan kaki mengitari Kebun Raya :D

Rute jalan kaki kami: Stasiun Bogor - Jalan Kapten Muslihat - Jalan Ir H Djuanda - Jalan Jalak Harupat - Jalan Salak - Taman Kencana - Jalan Papandayan - Jalan Padjadjaran - Jalan Otto Iskandardinata - kembali ke Jalan Ir H Djuanda ;D

Jalur Pedestrian di pertigaan Jalan Ir H Djuanda-Jalan Kapten Muslihat. Hati-hati saat hujan, keramik lumayan licin
 Jalan kaki? Siapa tak pernah jalan kaki? Aktivitas menyehatkan ini seharusnya rutin dilakukan. Saya sendiri selalu berusaha berjalan kaki saat mengujungi Bogor. Maklum, waktu saya habis di kendaraan :D Sejak saya SD-SMA, saya biasa jalan kaki sekitar 1 km setiap harinya. Saat saya kuliah di Darmaga, lebih lagi. Saya selalu jalan kaki. Hingga akhirnya budaya saya berubah saat memiliki sepeda motor: saya jadi suka naik motor.

Jalur pedestrian Jalan Kapten Muslihat, di sisi Sekolah Mardi Yuana-Kantor Polisi. Lumayan lebar dan ada jalur untuk penyandang tuna netra 


Jalur pedestrian di Jalan Jalak Harupat
Jalur pedestrian di Bogor ini masih belum nyaman. Sekeliling Kebun Raya, fasilitas pedestrian masih kurang 'lega' (hanya sekitar 1,5 meter lebarnya) dan terasa licin karena adanya tegel keramik yang seharusnya tidak digunakan. Penggunaan tegel keramik seharusnya dihindari karena intensitas hujan yang tinggi memungkinkan pejalan kaki terpeleset. 


Paving di Taman Kencana 
Sepanjang rute yang saya tempuh bersama Ray dan Ibu Julia: ada banyak pemandangan yang menarik. Gereja Katolik dan Sekolah Mardi Yuana, Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor, Sekolah Regina Pacis, Taman Sempur dan Taman Ekspresi, Taman Kencana, Kampus IPB Gunung Gede, Taman Jalan Salak, Taman Bogor, FO dan Hotel di sepanjang Jalan Padjadjaran, IPB Baranangsiang, Tugu Kujang, dan Pasar Bogor.

Perjalanan kami berakhir di Gerbang Suryakencana. Ibu Julia melanjutkan naik angkot menuju stasiun dan kami berdua berjalan kaki menyusuri Jalan Ir H Djuanda.



Tak banyak orang yang datang ke Taman Kencana saat hujan tiba. Kalau mau selfie sepuasnya, inilah tempatnya :D


Yang akan kamu lihat saat berjalan di perempatan Jalan Salak-Jalan Lodaya-Jalan Padjadjaran
Tak menampik bahwa berjalan kaki di Bogor saat hujan itu menyenangkan. Wisata jalan kaki adalah wisata murah yang bisa dicoba, hehe. Saya berharap bahwa kedepannya kualitas fasilitas pedestrian di Bogor akan semakin nyaman dan aman. Tidak ada lubang-lubang, keramik pecah dan licin, batang pohon di tengah pedestrian, tiang-tiang besi, listrik, dan rambu, dan seterusnya. Tak mustahil nantinya Bogor akan menjadi kota layak pejalan kaki, bukan? :D

Jalur pedestrian Jalan Padjadjaran, di sisi Kebun Raya Bogor

Ayo wisata jalan kaki di Bogor :D


Gerhana



Foto-foto di atas sama sekali nggak representatif menunjukkan gerhana matahari yak :D Saya dan Refi sedang menginap di Bogor di tempat Ray. Nggak ada niatan mau merayakan gerhana matahari layaknya turis-turis yang pada pergi ke Palembang, Bangka-Belitong, Pontianak, Balikpapan, Palu, atau Ternate sana. Kami punya urusan masing-masing yang menyebabkan kami jadinya berkumpul di kota hujan.

Pagi hari, saya dan Ray keluar kos, melihat gerhana matahari. Refi nggak mau ikutan, katanya ngantuk.

Saya dan Ray nggak modal kacamata hitam atau kaca film. Kebetulan di luar kosan udah ada bapak-bapak dan istrinya udah pake kacamata hitam. "Dek ayo sini dek, udah gerhana tuh, dipakai kacamata hitamnya" ~ kacamata hitam siapa pula.. saya dan Ray ga punya. "Nih coba lihat pake kacamata hitam saya" kata si bapak-bapak itu. Dengan wajah polos saya bilang makasih dan saya coba "Waw.. subhanallah iya Pak keliatan" seru saya.

Konyol banget, udeh nggak modal kacamata item mau nonton gerhana :D

Sekonyong-konyong langit menjadi agak mendung. Separuh matahari tertutup bulan. Kalo kata berita gerhana ini momen langka. Makanya orang-orang pada rela pergi ke kota-kota yang saya sebut di atas untuk menikmati fenomena alam langka tersebut. Banyak turis asing datang ke Indonesia karena kebetulan hanya Indonesia yang mengalami gerhana matahari total ini.

Bersyukurlah Bogor masih kebagian liat gerhana meski hanya sebagian. Banyak-banyak berdoa dan solat gerhana kalo kata sunnah nabi.

Nah, saya dan Ray mau ikut solat gerhana di mesjid tapi udah keburu mulai :O Whew..mau masbuk juga nggak mungkin. Yaudah deh saya ngiterin jalan raya di seputaran Kebun Raya yang lumayan sepi. Selang setengah jam berlalu, matahari pun kembali terik. Balik ke kosan, Refi nanya "gimana gerhananya? Kelihatan" Ahahahaha..

 See you next time, gerhana! :D


Main ke ISTN



Akhirnya saya main ke ISTN, salah satu dari sekian kampus yang punya jurusan Arsitektur Lanskap yang juga jadi tempat si master Ray ngajar hehe. ISTN alias Institut Sains dan Teknologi Nasional ini berada di Kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Asli, tempatnya masih lumayan asri. Dekat dengan lokasi wisata budaya Kampung Betawi Setu Babakan. Lokasi Jagakarsa sepengetahuan saya memang 'kantong hijau'-nya Jakarta Selatan. Ada Kebun Binatang Ragunan (masuk Kecamatan Ps Minggu dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Jagakarsa), ada Kampus UP, Kampus Polimedia, Kampus UI serta Gunadarma. Naek Commuter Line juga mudah. Aksesibel banget :D


Saya dan teman-teman datang ke ISTN dalam rangka menghadiri seminar terbuka ISTN yang temanya tentang Wisata Alam, Sejarah, dan Budaya dari Perspektif Arsitektur Lanskap. Pembicaranya adalah temen saya yang udah kesohor dengan buku Student Traveller-nya, Annisa 'Potter' Hasannah, dan gadis Pangandaran, Hanni Adriani :D Bangga rasanya melihat mereka jadi pembicara.
Annisa Potter menjelaskan tentang pengalamannya jalan-jalan ke 21 negara. Waaw.. mupeeng :D. Paling kiri adalah Deria, mahasiswa yang sudah lulus dan meneliti tentang perencanaan Kampung Betawi Setu Babakan, keren dah. Nah sebelahnya ada Digo yang mendesain kampung budaya Padang +lumionnya, mantaap... :D 

Hanni Adriani menjelaskan tentang lanskap pesisir serta pengalamannya yang banyak di bidang pesisir. Manteepp :D Di sebelahnya adalah mahasiswa ISTN yang membahas tentang lanskap kebun binatang (kereen..). Belom pernah ada dah mahasiswa IPB setahu saya yang membahas kebun binatang,,hehe

Dosen di ISTN juga banyak yang dari IPB. Saran saya memang harus ada komunikasi ilmiah antara ARL IPB dengan ISTN karena kebetulan core atau inti pengajaran antara IPB dan ISTN berbeda. Kalau di IPB, sangat saintifik, sangat tanaman (apa coba sangat tanaman? wkwkw) dan konsep-konsep yang ditekankan. Di ISTN yang saya lihat memang kuat di perancangannya, material, dan ada step-step pengenalan serta studio desain yang bertahap. Memang harus ada kolaborasi jadi nantinya lulusan ARL IPB maupun ISTN bisa siap menghadapi permintaan pasar. Sukses! ~

Puding mangga, made by @liebeloly Hahahaha

Oya, satu lagi, teman saya si @madebyliebeloly juga ikutan nimbrung di acara Seminar Terbuka ARL ISTN. Jadi ada semacam bazar kecil-kecilan. Dia jualan kreasi jahitannya yang keren-keren serta jualan puding.  Bahkan ibu-ibu dosen ISTN sempat kagum kok sempet-sempetnya anak pasca IPB bikin acara jual-jualan. Wkwkwk.. Terima kasih untuk Pak Dosen Ray yang udah membawa bala tentara IPB ke ISTN. Semoga ada acara-acara keren bin seru kaya begini lagi kedepannya dah :D

My Kwetiau

Can't wait to taste, can't forget it :)

Hidup saya belakangan sedang banyak masalah. Orang-orang dekat saya bilang, saya mau naik kelas. Amiinn :D Kalo kata Mbak Agnes life is never flat. Okedeh. Salah satu hal menyenangkan yang bisa saya lakukan untuk bikin saya amnesia sama masalah adalah makan. Ahahahaha.. Yeah, makan makanan enak adalah hal yang bikin saya senang. Satu lagi makanan yang masuk list makanan yang membuat hati gembira (lebhayy..) adalah kwetiau goreng. Makanan ini saya makan tepat saat saya berulang tahun. Kurang tahun sih tepatnya, usia saya makin berkurang di dunia yang fana ini :v Sayang sih mau nunjukkin betapa lezatnya kwetiau tapi gagal fokus. Fokusnya malah ke telor ceplok :O Apalah arti sebuah foto, yang penting rasanya bro. Wuiih.. udah enak, kenyaang. Bersyukur bisa kenal sama ahli gastronom kuliner China, master Ray, ahahaha.

Gaya Tunggal adalah nama tempat saya makan kwetiau goreng itu. Tempatnya sebenarnya suram sih, kaya bangunan jaman dulu kala yang udah usang banget. Estetika nggak selamanya menjadi pertimbangan penting. Makan langsung di tempat dengan interior seadanya itu rasanya lebih menyenangkan :D Well, saya nobatkan tempat makan itu sebagai stepping stone saya kalo lagi ke Bogor.