expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 04 Mei 2016

Rasa Betawi di Jagakarsa

Salah satu wilayah paling hijau dan asri menurut saya di ibukota adalah wilayah Jagakarsa di Jakarta Selatan. Suasana lingkungan yang masih banyak pohon membuat kawasan ini menjadi salah satu kawasan hijau resapan Jakarta. Setu alias danau juga banyak ditemukan di kawasan ini, salah satunya ada di dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Di sana, kamu akan menemukan model perkampungan Betawi, bangunan-bangunan budaya, pekarangan, Setu Babakan yang menjadi ikon kawasan, serta tak lupa kuliner khas Betawi. Bisa adem-ademan, duduk-duduk, menikmati semilir angin dan pemandangan setu, mau menikmati pentas seni dan budaya juga bisa. 

Oya jangan lupa, Betawi itu terdiri dari unsur China, Arab, dan Eropa. Jadi wajar kalau kebudayaan yang mereka miliki itu beragam dan unik. Wajah orang Betawi ada yang Arab banget, ada yang China banget. Tapi begitu mereka ngomong tetep kok keluar bahasa Betawinya, hehe..

Ada beberapa taman yang bisa kamu jadikan referensi untuk sekadar rekreasi di Jagakarsa. Taman-tamannya juga bagus-bagus: ada Taman Spathodea, Taman Dadap Merah, Taman Tabebuya (ini saya belum pernah.. coming soon :D) serta melipir ke perbatasan tetangga Kecamatan Pasar Minggu: Taman Margasatwa Ragunan, hehe. 

Pecak Jalan Mohammad Kafi II 


Sambil menunggu kerak telor dimasak, pemandangan si bapak penjual kerak telor ini cukup menarik lho :D

Mau cari kerak telor? Datang aja ke Setu Babakan. Nggak perlu menunggu pas momen Jakarta Fair aja hehe. Ada banyak pilihan jajanan khas orang Betawi yang bisa kamu icip-icip. Saya udah nyoba kerak telor dan bir pletok. Kerak telor enak dimakan anget-anget. Bir pletok, hmm,, rasanya rempah banget, seperti jamu :D Ada juga pecak gurame, soto betawi, dst. Kuliner betawi menurut saya tergolong enak-enak. Dari kecil saya sarapan nasi uduk (saya baru tahu itu khas Betawi), sampe SMA sarapannya nasi uduk. Kadang-kadang saya dapat hantaran laksa betawi (syedaaapp), sayur asem betawi (rasanya gurih maknyus), sama semur jengkol! Ahahahahaah.. Jengkool.. Kalau mau tau penjual nasi uduk itu asli betawi apa nggak, kalo yang asli betawi pasti ngejualin semur jengkol. 

*ngebayangin kenyangnya sarapan, pagi-pagi, makan nasi uduk ama jengkol, buset kenyangnya :v*

Biasanya setiap akhir pekan akan ada pentas seni budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, apalagi pas musim liburan anak sekolah. Ramee! :D


Mesjid Baitul Makmur Jalan Srengseng Sawah. Aksen-aksen Betawi menguatkan karakter kawasan yang mayoritas didiami oleh suku bangsa Betawi

Eksterior tempat wudhu. Itu tu namanya gigi balang yang nempel di lisplang :D

Selain kuliner Betawi, di Jagakarsa saya banyak menjumpai bangunan arsitektural yang memakai elemen-elemen khas Betawi. Salah satunya ada namanya Mesjid Baitul Makmur yang 'Betawi banget'. Desain mesjid memakai elemen Betawi gigi balang, kayu, serta dekorasi yang ketika saya berkunjung saya langsung ingat film Si Doel Anak Sekolahan ;D Di kawasan pusat Jakarta, mungkin nggak banyak bangunan khas Betawi yang ditemui. Yang saya ketahui penggunaan dekorasi Betawi gigi balang yang terkenal ada pada halte-halte bus di Jakarta. Perhatikan deh, itu yang bagian runcing-runcingnya yang di pinggiran atap halte. Seenggaknya ada upaya memunculkan nuansa Betawi di Jakarta ini :D 


Pagelaran budaya oleh anak-anak sekolah dasar. Biasanya ketika libur sekolah atau libur semester ramai sekali. 

Bersiap naik ke atas panggung

 Agak susah memang menemukan lokasi yang 'Betawi banget' di kota sebesar Jakarta. Bosan sama Jakarta yang itu-itu aja? Mainlah ke Jagakarsa. Suasana kampung banget, tapi seruu :D

Selasa, 03 Mei 2016

Mahasiswa dari Unhas


Pak Jokowi di dalam istana, kami berfoto di pagar istana, haha

Saya berkenalan seorang mahasiswa sarjana fakultas perikanan dari Universitas Hasanuddin Makassar saat acara simposium dugong lalu di IICC. Saya kira dia datang bersama rombongan, ternyata dia berangkat sendiri :D Untuk ukuran antar pulau, menurut saya dia wow sekali. Seumur-umur saya belum pernah bela-belain ikut acara seminar seorang diri. Mahasiswa Unhas ini tinggal di Makassar tapi punya darah Buton. Nah, kebetulan tulisan yang saya buat bersama Ray, Refi, dan Mas Glory adalah tentang perencanaan ekowisata di Provinsi Sultra, daerah asal si mahasiswa Unhas itu. Setelah presentasi di acara simposium, dia langsung mengajak kami berkenalan. Dia juga bilang bahwa tulisan kami menarik (terima kasih, huahahahaha..)

Sebenarnya ikut simposium dugong ini pun awalnya ketidaksengajaan karena melihat iklan lewat di fesbuk. Langsunglah saya kontak Ray untuk menulis tentang dugong. Topik dugong yang notabene FPIK banget kami 'ramu' agar menjadi lenskep banget. Jadilah perencanaan ekowisata kami yang dibuat dengan susah payah: pake acara sakit, ketikan hilang, dst. Satu kata untuk proses ini: Hrrrrrr.... Selain topik ekowisata, kami juga buat topik tentang dongeng di Sultra terkait dugong. Aini kami pilih sebagai presenter secara dia jago bercerita, bahkan peserta simposium banyak yang tertarik dengan dia, hehe.

Kembali ke mahasiswa Unhas itu, saya, Ray, dan Aini kepikiran untuk mengajak dia jalan-jalan sejenak di Kota Bogor. Waktu dia di Kota Bogor hanya tinggal satu malam selesai acara simposium. Akhirnya kami sepakat mengajak dia jalan kaki muterin Kebun Raya Bogor. Dari IICC, ke Jalan Otista, Lawang Suryakencana, Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat terus belok ke Taman Kencana, Taman McD Lodaya, Jalan Pajajaran, sampe ke IICC lagi. Saking bingungnya kami bertiga cuma bisa ngajak si mahasiswa Unhas itu jalan ngelilingin Kebun Raya sambil mengeluarkan jurus andalan kami setiap ada tamu yang ke Bogor: bercerita tentang sejarah Bogor serta karakter kotanya :D

*mungkin suatu saat kami bisa jadi tour guide resmi Kota Bogor*

Mahasiswa Unhas itu bercerita bahwa dia suka menulis. Apapun dia tulis meskipun tidak tahu. Dia berkata bahwa dia mempelajari dan banyak membaca mengenai tulisan yang akan dia buat. Saya merasa bersemangat mendengar ceritanya. Orang-orang yang bersemangat menularkan energi positif, dan itu sangat menyenangkan :D

Sekitar satu jam kami berjalan kaki santai hingga pukul sebelas malam. Malam itu juga kami berpamitan. Besoknya, mungkin kaki harusnya pegal tapi syukurlah kaki saya nggak pegal-pegal amat. Mahasiswa Unhas itu menelepon kami keesokan harinya sejenak sebelum terbang kembali ke Makassar. "Terima kasih Bang" ucapnya.

Sampai ketemu lagi di lain kesempatan!