expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Agustus 2011

Si Papan Penunjuk Jalan






Taraaa… yap betul, ini adalah main sign (papan penunjuk jalan) yang umum ditemukan di pinggir jalan raya maupun jalan tol. Fontasinya memang khas. Saya suka dengan desainnya, dengan huruf “g” yang seperti kepotong dan kesan tegas yang ditampilkannya. Jenis ini namanya Roadgeek. Kalo office-mu 2007 mungkin sudah ada. Nggak hanya huruf “g” yang unik, huruf-huruf lainnya juga unik seperti huruf “t” dan “a”. Kalo saya liat secara mendalam, mungkin idenya berawal dari pengguna jalan yang ingin tahu arah yang visibel sehingga
dibuatlah huruf ini dengan penebalan (bold) dan tidak

caps lock. Warna hijau sebagai latar belakang dibuat berpendar ketika sorot lampu kendaraan mengarah ke papan penunjuk jalan itu. Cliiing… :D

Pengecualian, untuk di jalan raya biasa umumnya fontasinya caps lock (kapital). Yang pakai gaya sentence (gaya penulisan kalimat) umumnya di jalan tol. Tapi di daerah protokol banyak juga main sign yang bergaya sentence. Contoh: petunjuk jalan ke Taman Suropati ditulisnya

“Taman Suropati” (Roadgeek mode on) bukan “TAMAN SUROPATI”.


Mungkin sudah pada tahu kalo kita ngetik huruf gede-gede semua alias kapital tandanya lagi gerundel, marah, bete, dsb. Nah, karena jalan raya di kota umumnya padat macet sumpek, jadinya main sign-nya ditulis dengan fontasi kapital, nggak sentence. Makanya di jalan raya bawaannya stres. Kalo di jalan tol karena orang butuh cepat-cepat jadinya dilembutkan dengan gaya penulisan sentence. Yang sering lewat tol pasti ngeh kenapa papan penunjuk jalan disajikan secara kontinyu (bahasa apa ini), misal kita mau exit di Cibubur, nanti jelang sekitar 1 km papan penunjuk jalannya udah ditampilin : “Cibubur 1 km”, “Cibubur 500 m”, maksudnya biar kita antisipasi, ancer-ancer… “pak supir nanti exit Cibubur yak” begitu..


Ini pikiran saya aja sih, boleh kan,haha…

Ada yang tau darimana gaya penulisan main sign ini berasal? Rata-rata seluruh dunia mirip. Berhubung nggak punya dokumentasi dari luar, pake dokumentasi saya sajalah, haha..








Rabu, 24 Agustus 2011

Melati, si Puspa Bangsa

Famili Oleaceae ini tumbuh di halaman rumahku. Awalnya si bunga-putih-wangi ini dikasih sama tetangga depan rumahku. Kalo nggak salah pas aku masih SD tetanggaku lagi renovasi rumahnya yang tinggal nunggu ambruk *ups sereem.. Di halamannya ada banyak tanaman, salah satunya si bunga-putih-wangi ini.. Entah siapa yang nancepin, cepp,, tau-tau dia udah rimbun aja di halaman. Nggak lama setelah itu tetanggaku pindah entah kemana. Mungkin ini kaya tanda mata kali yaa.. ahaha..

Si bunga-putih-wangi ini tergolong bandel dan aktif berbunga. Wanginya masih dipercaya oleh sebagian orang memiliki kesan magis-mistik-klenik. Menakutkan. Katanya bau ***** lewat lah, bau itu lah..hihi.. pernah dulu Pak RT lagi bertamu ke rumahku bilang katanya rumahku serem karena bau melati. Lhaaa… orang itu taneman tumbuh di halaman deket gerbang.. (Pak RT nya nggak ngeliat kali ye lagi malem-malem :P ). Mungkin bisa juga tu taneman menghalau maling,, bisa tu diteliti korelasi baunya dengan pencegahan kejahatan.haha..

Setahuku si bunga-putih-ini punya banyak manfaat yang tentunya berhubungan dengan identitas kebudayaan kita maupun agama. Kalo di agama Hindu mungkin taneman ini dipake kali ya soalnya kalo yang aku liat di Bali lagi ritual suka pakai berbagai jenis bunga. Kalo ada pembaca yang ngerti mohon dikoreksi ya mungkin aku salah J

Oh iya, ini taneman termasuk golongan bunga tujuh rupa nggak sih? Ada yang mau share? :D

Selain untuk keagamaan, tentunya si bunga-putih-wangi ini punya khasiat sebagai deodorizer dari berbagai macam bebauan. Ampuh lho, saya sudah membuktikannya. Ini ceritaku, apa ceritamu? :P Taneman ini juga pastinya familiar dengan para pecinta teh (aku termasuk penggemarnya hehe). Aroma teh tu emang bikin relaks dan gimanaaa gitu, serr serr..slruuup. Yang dari Jawa pasti juga pada tau si bunga-putih-ini juga dipakai buat acara pernikahan si pengantin perempuannya. Mungkin ada juga suku bangsa lain di Nusantara ini yang punya cerita menarik tentang bunga ini..

Yap, itulah dia, si bunga-putih-wangi. Melati. Apapun nama yang dilekatkan padanya, dia tetap harum :D



Senin, 22 Agustus 2011

On the Great Stairs..


That was May 29, 2010. They are landscaper of Bogor Agricultural University (In English, you should know that “institute” refers to similar focus subject. In the reality, IPB teaches not only “agriculture” but also others knowledge discipline such as economy, human ecology, even civil engineering!). Seems funny to watch that photo! We’ve been together for almost three years,, that was not a short periode nor long to befriend.

Craziness is in the air! And now craziness is landing, land and escape,, yes, it could be called as landscape. Big crazy family! Hehe,, At that time we spent our leisure time for back-to-school party where all the landscapers wore their high-school uniform whether there’re some of them didn’t have. The EO provided by lent some uniform. I did it too. My long pant got smaller because of my buncitness. Haha,, craziness together is a must! Then we remembered of flag ceremony in front of the Great Stairs which is Faculty of Agriculture located. We raised the flag, we shouted the Pancasila Opening, and we prayed. Securities, students, and other people just looked at us. Maybe they are thought about “now it’s Saturday,, what kind of ceremony they play?” Even my friend tricked the real high school student and asked him to join the flag ceremony. Hihihi.

Afterwards, we got aerobic together in our Bengkel (Bengkel refers to Bengkel Lanskap: our basecamp for all things). We did it like a real high-studend did. I wore the uniform all day, until 9 p.m. My class leader and I played at internet and the owner looked at me with confused.haha..

That’s all for memori bersama lenskeper 43. Now I feel lonely sometimes, but I believe God will show us the way to befriend and making relatives easy if we seek it..