expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 03 April 2013

Pop-up!




Tadaaa... ini lah pop-up :D


Bukan sulap bukan sihir...
Ini adalah kerjaan dadakan dari temen gw, sebut saja namanya Jo, yang menyebalkan, menguras tenaga, dan air mata (lebay -__-)
Ceritanya dia lagi pergi ke luar Bogor karena penelitian, sementara dia lagi dapat orderan bikin pop-up untuk alat peraga dari seorang dosen yang tidak bersedia disebutkan namanya (??). Walhasil sebagai teman seperjuangan, dimintalah gw untuk ngebantuin dia bikin pop-up ini. Pop ini membentuk sebuah rumah dengan hiasan pagar, orang, dan tulisan2 mengenai pentingnya membina keluarga (tsailah..).

Senin:
"pram, tolong lw editin photoshopnya yang ada gambar desain ini, ini, bla, bla.." perintah Jo by phone.
"oke Jo," sahut gw.
[kondisi di lapang: gw ada kuliah sampe sore dan capek. Cuma ngedit dikit kemudian tidur]

Selasa:
"pram udah di print? Lw minta tolong Yuda buat bantuin lw ya. Pokoknya lw ikutin apa kata dia oke"
"oke Jo," sahut gw.
[kondisi di lapang: Yuda kuliah nyampe malem. Gw nunggu Yuda kemudian tidur. Masih ada file yang perlu direvisi]

Rabu:
"pram, gimana? Ude blom?"
"iye udah ni gw mau ngeprint"
"sekalian guntingin ye bagian-bagian rumahnya."
"miape, Jo? Ini ada 90 lembar bejibun bisa kapalan ni jari,"
"ya lw minta bantuan temen2 lw dong"
[kondisi di lapang: gw cuma berhasil ngegunting genteng, pager dan jumlahnya cuma 5 lembar]

Yuda datang.

"eh lw Yud, lw kmana aja, bantuin gw dong ni kan kerjaan lw sama Jo," protes gw.
"iya sori gw sibuk kmaren, yok gw bantuin"
[tetep ga berhasil kegunting semua]

Kamis:
--mengundang 3 orang temen yang semuanya cewek ke kosan Yuda untuk menggunting, mengelem, dan menempel--
[baru 50%]

Jumat:
--3 orang temen kami yang semuanya cewe itu diundang lagi untuk mengebut pekerjaan biar cepet beres--
[selesai! *fyuuuh]

Sabtu:
"pram, gw mau pulkam ya lw tolong urus ini semua, lw jilid, lw kasih ya," kata Yuda.
"miape lw Yud tega dah. Jo kaga ada lw juga ngacir!" gw cemberut.
"yah tolong ya motor gw mesti diurusin pajak"
[gw ngejilid ke fotokopian yang untungnya buka di hari Sabtu]

sorenya..

"pram, lw kirim ye ke rumah si dosennya di jalan xxx" kata Jo by phone.
"IYE!"

dan begitulah sodara-sodara ceritanya. Proyek pop-up berakhir dengan manis. Dan muka gw meringis. Capek.zz




Secret admirer

Secret admirer kalo diartikan secara harafiah adalah pengagum rahasia. Rahasia? Yeah, rahasia. Tidak ada seorangpun yang tahu kalo kita mengagumi seseorang. Hal yang sangat aneh sekaligus mengasyikkan menurutku. Tapi kali ini konteksnya adalah 'menyukai' seseorang.
Dan aku sedang mengalami hal itu.
Dia tak tahu.
Tak ada yang tahu.
(tapi pembaca tahu,,celetuk pembaca) hehe.
Kenapa saya mengaguminya saja juga tak tahu. Rasa itu datang tiba-tiba saja. 

Tak apalah, blog ini rumah pribadi saya. Bebas mau celoteh apa saja, ya kan :D

Sebenernya ini adalah cara teraman buatku. Menyukai seseorang dari jauh. Dan mungkin orangnya juga tidak tahu. Apa tahu ya? Entahlah. Karena menurutku, lebih baik tidak mengutarakan.

Semakin dewasa sejatinya semakin banyak menimbang-nimbang. Apapun itu.
Dulu aku cenderung grasa-grusu. Ceroboh. Dan mungkin masih menempel sifat itu. Tetapi sedikit-sedikit aku coba mulai mengurangi. Dulu aku pernah menyukai seseorang tapi kami berdua memutuskan untuk menyudahinya. Aku belum siap lahir batin untuk meneruskan ke jenjang yang lebih serius. Berusaha gentle. Sadar diri. Ada banyak alasan. Dan alasan-alasan menjadi pertanda bahwa diriku belum siap. Pun dia, sepertinya terburu-buru. Dan memang itulah awal mula kesalahan: menjalin tanpa memikirkan ujung perjalanan dengan kematangan. Kadang ada bayang penyesalan membuat gamang hati pikiran.

Sampai aku menyadari bahwa untuk serius dengan seseorang, rasa cinta harus dibalut dengan tanggung-jawab serta niat dan tekad kuat.

Dan sekarang, aku mengakrabi kesendirianku dengan hal-hal positif yang lain. Berteman dengan banyak jenis orang salah satunya. Yeah, berteman itu lebih aman. Berteman dengan siapa saja, mendapat pengalaman dari mana saja. Mengakrabi pekerjaan dan tanggungjawab nantinya. Sebenernya susah juga lho karena yang kebayang selalu yang indah-indah saja. Padahal banyak hal yang tidak indah (bersikap wajar sajalah :-) ) Berpacaran dalam perspektifku kini berbeda 360 derajat. Aku rasa, tidak perlu mengulangnya lagi. Sementara diriku belum siap, lebih baik mempersiapkan diri saja. Keseriusan diawali dengan persiapan-persiapan. Seserius dulu aku memutuskan melanjutkan sekolah. Yak, sesederhana itu analogi yang kupakai. Semoga rasa ini berlabuh ke seseorang yang benar yang Allah Swt. gariskan untukku. Aamiin.