expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 13 Agustus 2015

Full Minded

Teman saya yang satu ini baru pulang dari negeri kangguru. Selepas menyelesaikan studinya di sana, kami menyempatkan bertemu di kota kami dulu sama-sama belajar, Bogor. Sejak tahun 2006 hingga sekarang 2015, kami sama-sama tak sadar bahwa kami semakin menua, mendewasa (masa iya, ahahaha..), dan menumpuk banyak cerita. Anehnya setiap bertemu, kami berdua tetap saja ingat masa-masa kami kuliah dulu yang rasanya udah nano-nano bin gado-gado. Memori kekonyolan jaman kuliah mungkin tak bisa lepas selamanya barangkali ya? Hanya bisa di recall saat kau bertemu objek penderita yang sama hehehe. Jadi bisa saya simpulkan, janganlah menganggap kekonyolan masa laluyang kau buat itu memalukan. Suatu saat dia akan berguna, dan indah pada waktunya (-halah..).


Februari 2013, Jl Djuanda Bogor

Setelah puas nyicipin martabak air mancur (asli enak banget, salah fokus) dan nongkrong di Gramed Padjadjaran, kami singgah di Masjid Raya Bogor. Kami berdiskusi tentang full minded. Bahwa segala peristiwa yang terjadi jika kau pikirkan dalam-dalam sebenarnya punya makna. Ada saja hal-hal yang kau anggap menyebalkan terjadi padahal sebenarnya itu adalah cara Pencipta membuka pikiranmu tentang sesuatu.

Saya lantas menceritakan tentang banyak hal yang membuat saya kesal selama ini, khususnya tentang perjalanan studi saya. Teman saya mendengarkan dengan seksama. Saya dan teman saya, sejak kami kuliah dulu, kami selalu bergantian bercerita. Kami saling mempersilahkan untuk memulai bercerita. Inilah yang membuat saya senang berteman dengannya.

Yeah, manusia perlu bercerita. Dan manusia butuh teman yang baik.

Selepas saya bercerita, kini giliran teman saya bercerita. Teman saya menceritakan rasanya jadi seorang minoritas di negeri kangguru. Menjadi seorang muslim, sempat kesulitan dengan pertemanan, dan lain-lain. Hal menariknya adalah selama ini orang (masyarakat kita) menganggap kuliah di luar Indonesia adalah sesuatu yang keren. Membanggakan. Suatu anggapan yang sangat lazim. Padahal menurut teman saya, bukan disitulah inti dari sekolah di luar negeri. Akademik memang penting, tetapi mental jauh lebih penting. Kau pernah membayangkan hidup jauh dari keluarga, menjadi seseorang yang minoritas dengan kehidupan budaya yang jauh berbeda?
Ada suatu fase kehidupan mahasiswa asing yaitu pada bulan-bulan awal, kehidupan masih terasa menyenangkan. Lantas, semakin lama kau akan merasa mulai bosan dan segalanya mulai tidak menyenangkan, cerita teman saya. Disitulah tekanan mulai terasa. Tiba-tiba merasa ingin pulang ke Indonesia, tiba-tiba merasa tak mampu menjalani tugas-tugas perkuliahan, tiba-tiba ingin mengakhiri semuanya..

“Disitulah perlunya full minded bos”, kata teman saya. Justru kadang masa-masa sulit menjadi berharga sebagai momen kita untuk berpikir lebih mendalam. Kedengarannya aneh memang, tetapi begitulah adanya, lanjut teman saya itu. Intinya adalah kau harus bersyukur atas segala yang terjadi, dalam masa-masa baik maupun masa-masa buruk. Khususnya bagi seorang pelajar yang studi ke luar negeri. Bukan gengsi akademis yang dicari tetapi sesungguhnya pembelajaran hidup yang harus digali.

Bahkan teman saya menyuruh saya melanjutkan studi ke luar negeri. “Cari pengalaman bos, studi ke luar negeri itu nggak semudah yang dikatakan orang tetapi seenggaknya dalam hidup lu ada saat lu pernah jauh dari zona nyaman lu. Dan gw yakin itu akan membuat lu makin menghargai segala hal yang lu dapatkan dalam hidup ini..” lanjutnya.

Inilah yang saya suka. Mungkin rezeki saya, bisa bertemu teman saya ini setelah sekian lama tak berjumpa. Ada pertukaran informasi yang berharga yang saya dapatkan. Pengalaman teman yang berbagi kisah kehidupan sesungguhnya adalah nasehat yang baik. Alhamdulilah, saya bersyukur berteman dengannya.


Saya nyengir sesaat sebelum kami menyudahi pertemuan kami setelah sekian tahun. “Sebelum gw kabur studi keluar negeri, gw mau beresin studi gw sekarang dulu ya bos,” balas saya sambil terkekeh.

Agustus 2015, IPB Dramaga. Wah wajah kami tidak berubah :v (*plaaakk..)