Singgapooooreee..
Negara tetangga nan mungil itu kini menjadi destinasi wisata saya kali ini. Bersama sobat pasca saya yang juga merupakan master pusaka, Ray, kami berdua menjajal negara singa yang jelas-jelas nggak ada singa-nya di kota itu (nggak tau deh di dalam Singapore Zoo-nya). Singapura bukan negara yang asing bagi sebagian besar warga Indonesia. Singapura dikenal sebagai negara tujuan wisata, berbelanja, pendidikan, ataupun pengobatan.
Cerita diawali dengan salah turun terminal di Bandara Soekarno Hatta. Harusnya saya turun di terminal 3, bukan terminal 2. Untunglah ada bus bandara gratis. Tiba di terminal 3, saya menanti Ray yang tampaknya masih terjebak macet di jalan tol Jakarta. Setelah Ray muncul, kami langsung check-in online. Tinggal ketik kode penerbangan, triing,, kecetak deh boarding pass-nya. Jangan lupa bayar airport tax 150 ribu (mihill...).
Alhamdulilah kali ini saya dapat tiket deket jendela. Bisa lihat awan! Bhahaha..norak never dies. Sambil ngobrol, tak terasa satu setengah jam kemudian tiba di Changi Airport. Bandara terbaik di dunia ini cuantik banget.. ayo Soekarno-Hatta, dibenahi lagi biar makin cihuy :D
Kami harus mengisi kartu imigrasi. Sumpah bingung saat ditulis mau tinggal dimana selama di Singapura. Bodohnya saya lupa mencatat tempat menginap kami. Bahkan booking pun belum. Demi kelancaran, kami berdua dengan pede nulis saja alamat hostel kami di kartu imigrasi.
|
Di Changi Airport ada tempat shalat kok, jadi nggak perlu khawatir nyari tempat shalat. Di tempat ini adalah tempat ibadah untuk semua agama. Ikuti saja papan petunjuk yang tersebar di bandara ini. |
|
Jangan lupa mengambil peta gratisan di Tourist Information jelang pintu imigrasi. Ada banyak informasi penting yang bisa kamu dapatkan. Ambil juga peta biar nggak nyasar. Tidak banyak orang yang bertanya-tanya arah di Singapura: peta-lah kuncinya. |
|
Kamu bisa berwisata mengelilingi Bandara Changi dengan naik skytrain gratis ini. Skytrain ini menghubungkan tiga terminal di Bandara Changi. |
|
Kata Bu Is dalam Ray 2014, konsep di Singapura adalah Everything is yesterday. Segala yang kamu lihat di Singapura akan segera berganti. Jadi, jangan malu-malu ambil foto di foto spot ini. |
|
Baguuss :D |
Melewati bagian imigrasi, yess..loloos..yeeaah.. Kami langsung naik MRT ke arah tujuan kami, Stasiun Lavender. Ray cerita bahwa kami akan melalui stasiun Tanah Merah. Nanti denger dah logatnya ya, kata Ray. Benar saja, logatnya ala Melayu gitu. Nggak bisa dituliskan disini, haha..kalo mau denger ketemu saya langsung yah nanti saya contohin gimana ngomong Tanah Merah.hahaha..
Sesampainya di Lavender, kami langsung menuju jalan King George. Ada homestay lumayan murah disitu. Sekamar delapan kasur (ada AC dan kipas angin) dan fasilitas berupa kamar mandi luar, pengering rambut (lumayan biar ga lepek), dapur, sarapan roti+sereal+teh, televisi, wi-fi. Cukup dengan $21 per malam saja kakaa..haha. Toh buat apa nyari hostel mihil mihil orang kami tujuannya ya jalan-jalan. Yang penting bisa buat tidur,hehe. Setelah taruh tas dan istirahat sejenak, kami langsung meluncur ke MRT lagi. Oya mending kamu punya kartu EZlink untuk kemudahan ber-MRT ria. Bayar $12 untuk beli kartunya. Kamu juga bisa isi ulang di berbagai anjungan (ceileeh..anjungan..) di setiap stasiun MRT).
|
Bisa isi ulang katu EZlink mu disini. Minimal $10. |
Kami menuju Garden Wadebay, eh, Garden By The Bay (GBTB) . Taman ini terkenal karena ada pohon eco nya yang punya konsep bagus banget dalam upaya mengkonservasi lingkungan. Lanskap banget dah. Ada taman-taman tematik pula di dalam area GBTB. Yang heran adalah ada Taman Malay yang mendengarkan lantunan lagu tradisional Sunda. Pfftt..
|
Never get lost in Singapore |
|
Bahkan kamu bisa Yoga di sini :D |
|
Green :) |
|
Taman India |
|
Wooden deck |
Selepas
dari GBTB kami mengunjungi gedung melengkung yang di atasnya ada kapal terdampar, Marina Bay.
|
Cheeseeee.......! |
Selepas dari GBTB, kami langsung lanjut ke Clarke Quay naek MRT lagi. Di Singapura, harus modal jalan kaki ya, hehe.. Buat orang Indonesia yang doyan ngangkot, ngemotor/ngemobil, ini adalah ajang yang bagus untuk kembali sehat, hahaha
|
Sungai Singapura kala malam. Lighting yang memesona ;D |
|
Atap vernakular bergaya China. Menurut pemandu saya, semula Sungai Singapura ini sangat kumuh. Kemudian kawasan ini ditata dan beberapa bangunan lama dipertahankan dan kini difungsikan untuk wisata kuliner malam hari. Kapal-kapal lama difungsikan kembali pula untuk wisata sungai. |
Kejadian koplak wisata hari pertama kami ditutup dengan Sate Singapura seharga empat ratus ribu. Alamaaak.. mahalnyaaa.. Karena kami darurat lapar, jadilah kami makan di tepi sungai. Mungkin harga sate nggak seberapa,, mahal karena bisa melihat sungai bersih nan indah bermandikan cahaya kali yaa..hahaha *nyesek*. Nggak apa-apalah. Jadi bisa buat bahan pelajaran :D
|
Singaporean Satay seharga 400 ribu rupiah, hahahah.. jangan makan di tepi Sungai Singapura. Mahal di ongkos sightseeing-nya! T_T |
Sampai di hostel, saya ngemilin roti dari Indonesia yang saya bawa dan minum air gratisan, hahaha.