expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 13 November 2015

KKP Tegal

Agustus 2014, lima tahun setelah KKP 2009

Anak IPB pasti tau sama apa yang namanya KKP. Yep, Kuliah Kerja Profesi. Sepintas mirip dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Bedanya sih KKP lebih dituntut bekerja sesuai latar belakang keahlian. Kalo KKN lebih luas dan umum. Ya intinya tetep terjun ke lapangan (*ayo terjun dulu, syuuut..), bertemu dengan masyarakat lokal dan belajar tentang kehidupan (halah..).

Kedapetan lokasi di Tegal, saya masih ingat rasanya. Dua bulan jelang KKP, kami dikumpulkan di Auditorium Thoyyib Faperta. Pengumuman lokasi. Jreng..jreeng.. saya kedapetan lokasi nun jauh di pelosok Kabupaten Tegal. Tepatnya di Kecamatan Bojong. Entah dimana itu, saya belom pernah ke sana. Ngelewatin Tegal Kota sering kalo mudik, hehe.

Dulu, lokasi KKP Faperta hanya ada 4: Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor. What, Bogor lagi Bogor lagi...Bosen bosen dah. Hahaha.. Alhamdulilah dapat di luar Bogor. Anggap ajalah ini acara 'andai aku menjadi'. Belom ada yang namanya 'My Trip My Adventure' (paling ada jejak petualang si Riyani Jangkaru, wkwk). Kebayang-bayang deh merananya di desa KKP nanti, hahaha..

Tim saya ada 6 orang: saya perwakilan ARL, Isol dari HPT, Sobari, Via, dan Linda dari AGH, dan Jessie dari MSL. Kalo Sobari saya sering liat dia sliweran di Faperta. Yang lain saya belom pernah. Jadilah kami silaturahmi bareng. Pokoknya, anak IPB itu, selain stres karena tugas numpuk dan praktikum seabreg, kami juga senang berinteraksi bin silaturahmi. Teman-teman saya itu orangnya lucu-lucu. Isol orang Jakarta, Jessie dari Medan, Linda-Sobari-Via Sunda asli. Saya? Saya half-blood-prince lah, ortu Jawa tapi lahir Jakarta tapi ga bisa ngomong bahasa Jawa (wkwkwk)..

Jelang keberangkatan, mahasiswa dibagi-bagi dan dibekali makanan, eh, ilmu. Ilmu AGH, HPT, MSL, dan ARL. Jeng..jeng.. dipikiran saya adalah kami harus jadi orang yang serba tahu. Ngeriii.. Tapi yasudahlah santai aja, kan satu tim. Harus saling bahu-membahu :D. Awalnya terasa seru, tapi, makin jelang keberangkatan rasanya mumet karena nggak cuma kuliah pembekalan KKP. Rutinitas tugas dan praktikum mah tetep aja jalan apalagi jelang pergantian semester dari 6 ke 7. Hrrrr..

Gerbang bugenvil :D

Rombongan Kabupaten Brebes dan Tegal dapat fasilitas naik bus. Horeee.. Saya masih inget di yellow corner, malam-malam, di awal Juli 2009, kami heboh membawa barang-barang. Cuma KKP dua bulan kurang memang bikin kami harap-harap-cemas. Kayak apa yaa desanya? Apakah ada listrik? Sinyal hape ada nggak ya? Kami dibekali kompor sekam. Ceritanya nanti kami akan demo kompor sekam sebagai alternatif sumber bahan bakar gitu.

Tengtongers yang nggak kebagian lokasi Tegal dan Brebes, melepas kami di yellow corner. Dadah-dadah, jangan lupa kirim kabar, dst dst. Udah kaya ngelepas kloter jamaah haji ke tanah suci bhuahahah.. Sekitar pukul 9 malam bis kami meninggalkan Darmaga, menuju Jawa Tengah. Kami sempat istirahat makan pagi di sekitaran Eretan Indramayu. Hanya dikasih waktu sekejap, lalu lanjut lagi. Setibanya di wilayah Brebes, bis tujuan Kabupaten Brebes berbelok ke kanan, sementara kami yang Kabupaten Tegal lurus. Brrmm..

Kami tiba di Kantor Pemkab Tegal di Slawi. Ada penyambutan gitu dari pemda. Saya nggak tahan nguantuuk.. Zzzz..tau-tau udah beres dan perjalanan dilanjutkan ke Kantor Kecamatan Bojong. Setelah tiba, kami dibagi-bagi sesuai lokasi desa. Desa Kedawung merupakan lokasi kami berenam. Jeng jeng berikutnya adalah..kami harus naik mobil bak terbukaa..hahahaha..wahini..mantaap :D

Kami diantar pak Lurah ke rumah di Dusun Krajan, di rumah Pak Tardjo dan Bu Rotiningsih. Bapak ibu ini berputra dua, dua-duanya lelaki dan sudah merantau ke luar Tegal. Ada dua kamar kosong. Jadilah saya-Sobari-Isol tidur bertiga dan Via-Linda-Jessi tidur bertiga. Geser dikit dong (*berasa angkot, haha). Kamar mandi juga cuma separuh badan, beratapkan langit, ahahaha,, Kompor sekam kami apa kabar? Ternyata warga Kedawung udah punya kompor biogas dari kotoran sapi. Lupakan kompor sekam, ahahaha..

Suhu amat rendah jelang malam hari. Siang hari panas terik dan udara kering. Kami semua hobi berjaket. Kulit mengelupas kaya ular, bahkan sempat berdarah. Sampai-sampai kami cowok bertiga minta body lotion sekaligus pelembab bibir ke Jessie, bhaha, sumpah kami darurat pakai itu produk :D

Ada sejumlah dukuh di Desa Kedawung. Wow ini desa mandiri lho, udah tergolong desa yang tangguh. Ada industri keripik jagung juga malah. Selain padi, ada jagung, kubis, wortel, dan cabai. Desa ini berbatasan langsung dengan kaki Gunung Slamet. Gunung Slamet beda banget sama Gunung Salak. Gunung Slamet masih aktif, masih suka kedengeran bunyi dhar-dher kala malam, bahkan kami sering menyaksikan semburan lava di puncaknya. Serem sih. Kata Pak Tardjo, Desa Kedawung nggak akan kena limpasan lahar karena ada bukit yang memagari desa. Lahar akan mengalir dulu ke wilayah barat yaitu kawasan wisata Guci di Kecamatan Bumijawa. Waduh.

Saya dan teman saya pernah ketemu dengan bapak-bapak di Dukuh Liwung, dukuh yang letaknya cukup jauh dari rumah kami tinggal, dan posisinya di atas - dekat dengan hutan ke Gunung Slamet. Pernah suatu malam saya dan Isol boncengan turun dari Dukuh Liwung. Dinginnya Masya Allah brrrrr.. tulang kerasa ditusuk. Mana jalanan sepi banget, kadang lewat hutan bambu, jalanan menukik, berkelok (jangan bayangkan jalanan beraspal pembaca), syuuut...huaduh.. Saya langsung ngeteh dan minum reject-wind.

Lanskaper 43 yang kebagian lokasi Tegal: Sendok-Ika-Ray-saya-Sisi. Klinik Tanaman di Tuwel ini jadi meeting point kami. Sekalian nyari sinyal hape. Sambil apdet status di facebook. Jaman dulu facebook lagi hot-hotnya, hahaha *alay

Jadi mahasiswa KKP, trus ceritanya perkenalan ke SD gitu pake almamater, aahahahah.
 Tiap malam kami rapat sebelum tidur. Besok mau ngapain, itulah tema utama kami setiap malam, hahahah. Walhasil keluarlah berbagai macam rencana: ngajar ke SD, rencana bikin taman SD, ketemu pak lurah, ketemu ibu-ibu pengurus usaha kripik jagung, ngeliat mekanisme biogas, ngeliat peternakan kambing warga, ngeliat pembuatan pupuk kandang, bantuin memipil jagung, ke lapang liat-liat aneka komoditas lokal, iseng motek-motekin cabe yang penyakitan, mengunjungi rumah-rumah warga, nonton pertandingan bola antar desa, ke Klinik Tanaman di Tuwel, ngeluyur jalan-jalan ke Guci, ngeluyur ke Slawi cuma buat ngenet (*ceritanya refreshing), bantu bapak ke hutan, bantu ibu masak, dll.

Itu sih rencananya.

Padahal, besok paginya kegiatan hanya jalan sampai siang hari. Kami makan siang sama-sama di rumah, nonton Happy Song-nya si Choky Sitohang sampe siangnya kelewat trus tidur..tidur..jadi tidur siang,,tau-tau dah ashar. Huahahhaha,.. Tapi nggak setiap hari kok, kalo target udah kekejar jadi kami leha-leha. Hahahah..

Kunjungan dari teman-teman KKP desa tetangga. Mereka kami ajak ke hutan pinus di belakang desa: nyebur-nyebur, mainan sama anak-anak, nyanyi-nyanyi dll
 Kalo secara umu Desa Kedawung ini udah cukup maju lho. Udah banyak bantuan program dari pemerintah setempat juga. Malah sepertinya, kami-kami ini yang banyak belajar, hahaha.. Menurut saya, mahasiswa IPB seluruhnya memang harus KKP sih, apapun latar belakangnya. Dua bulan kurang itu waktu yang nggak begitu lama, tapi juga nggak singkat. Mahasiswa memang perlu terjun ke lapang sambil mencoba 'meneliti', Seenggaknya, mereka bertemu dengan masyarakat, tahu masalah apa di lapang, didiskusikan ketika di kampus dengan dosen-dosen sehingga nantinya bisa ditemukan solusi.. Ya khan? :D
Ngerjain bu Roti abis ngajar anak-anak. Kegiatan selepas waktu shalat Isya kami adalah: ngajar anak-anak SD (ngajar bahasa, matematika, IPA, IPS, dll) padahal nggak ada rencana ngajar selama di sini. Anak-anak yang ujug-ujug datang, wkwkwk.
Tujuh belasan di Kedawung bersama anak-anak

Wisata ke Desa Rembul. Gitu deh kerjaan kami, iseng bikin-bikin program sampingan (*biasanya untuk anak-anak). Hiking, susur sungai, menggambar, yang penting heppi dah. Hahhahaa..

Terakhir, saya kangen sambal korek buatan bu Roti, hihihi ;D




Kamis, 12 November 2015

Alun-alun Satu Jiwa Malang - Nostalgia Ikutan Sayembara

Lagi iseng ngenet nyari tentang alun-alun, eh, ketemu artikel ini. Hahaha.. Dua tahun lalu, saya, Mas Rizki, Ray, Refi, Ami, Tish, Aini, Joe, dan Yudha rame-rame nge-Malang bareng, ikutan sayembara desain penataan alun-alun Kota Malang. (Cerita lengkapnya udah saya tulis di sini ). Sebenarnya tim saya ada Hanni juga, tapi berhubung Hanni sedang keluar kota, jadinya nggak ikutan. 
Nih saya copy-paste langsung dari http://mediacenter.malangkota.go.id/2013/11/alun-alun-satu-jiwa-dipamerkan-di-balai-kota/. *saking senengnya saya copas aja semuanya, buat kenang-kenangan, hehe*

Klojen, MC – Bagaimana masa depan alun-alun Kota Malang pada masa yang akan datang mulai semakin terlihat tanda-tandanya. Dari lomba desain alun-alun dan patung singo yang digelar Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, ada 114 peserta yang mengikuti, Senin (25/11).


Pengunjung menyaksikan pameran di Balai Kota Malang, Senin (25/11)
Pengunjung menyaksikan pameran di Balai Kota Malang, Senin (25/11)

Dari 114 peserta yang mengirimkan karya, akhirnya diseleksi ketat oleh dewan juri sehingga terkumpul 31 peserta terbaik. Dari 31 peserta terpilih ini, karyanya dipamerkan di Balai Kota Malang, Senin (25/11).
Kepala DKP Kota Malang, Wasto, SH, MH mengungkapkan, 31 peserta yang karyanya ditampilkan di Balai Kota ini sudah melalui seleksi ketat. Seleksi sendiri dilangsungkan selama dua hari mulai tanggal 18-20 November.
“Dari karya yang lolos seleksi ini, akan diseleksi lagi menjadi 13 nominator, dan dari 13 nominator akan dipilih dua pemenang masing-masing kategori,” jelas Wasto, Senin (25/11).
Adapun peserta, disebutkan Wasto, dibagi dalam tiga kategori, yakni dari umum, mahasiswa dan pelajar, serta profesional. Para peserta akan mempresentasikan karyanya di depan dewan juri pada 1 Desember 2013.
“Pengumuman pemenang akan dilangsungkan 2 Desember 2013 ketika apel di Balai Kota Malang. Hadiah total sebanyak Rp 30 Juta,” tegas Wasto.
Peserta sayembara sangat beragam, ada yang dari luar Malang seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, selain dari Kota Malang sendiri. Dalam perlombaan ini, dilibatkan sebanyak sembilan dewan juri yang terdiri dari akademisi, sosiolog, dan budayawan dari perguruan tinggi di Kota Malang.
Salah seorang penonton pameran, Anggita mengaku, dari sejumlah karya yang dipamerkan, ia paling suka dengan karya yang berjudul alun-alun satu jiwa. Sebab, selain tidak banyak mengubah desain alun-alun lama, desain alun-alun satu jiwa bisa lebih banyak mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
“Desain alun-alun satu jiwa dilengkapi dengan jalur tunanetra, lapangan futsal, parkir bawah tanah, ini bagus. Tapi kalau hujan tidak nambah banjir enggak ya di Kota Malang,” ujar Anggita.
Meski setuju dengan perubahan desain alun-alun, Anggita mengaku kurang sreg dengan adanya patung singo di alun-alun. Pasalnya, di depan alun-alun ada tempat ibadah seperti masjid jamik dan gereja, kalau nanti singonya buang kotoran, tentu tidak pas ditempatkan di depan masjid dan gereja.
“Kalau boleh usul, patung singo ditempakan saja di Taman Singha Merjosari, sehingga selain alun-alun, Kota Malang punya ikon lagi yang bisa menjadi andalan. Tidak hanya di pusat Kota,” terang Anggita. (cah/dmb)


Sumber: http://mediacenter.malangkota.go.id/2013/11/alun-alun-satu-jiwa-dipamerkan-di-balai-kota/#ixzz3rFBYlflK


Saya senang saat membaca bagian "..ia paling suka dengan karya yang berjudul alun-alun satu jiwa." Cuma baca pas bagian itu saja saya luar biasa senang. Senang pernah menjejak kaki di Malang, pergi sama teman-teman saya yang keren-keren, senaaang.. Alhamdulilah :).

Kapan ya saya dolan ke Malang lagi :D

Rabu, 11 November 2015

Di Udara

Indonesia dari balik jendela pesawat

Naik pesawat terbang adalah salah satu impian saya sejak kecil. Saya rasa bisa naik pesawat itu hebat: seperti menjadi orang keren, di atas langit, menembus awan.. Saat saya kecil dikala pesawat terbang melintas di udara, saya dan dua kakak perempuan saya, langsung beranjak naik ke lantai dua - tempat kami biasa menjemur pakaian, kerupuk, dan barang-barang perkakas milik bapak. Desing suara mesin terdengar, saya langsung berteriak "kapal minta uaaang..." Saya memperhatikan pesawat terbang tersebut yang semakin lama mengecil, lalu menghilang di balik awan. 


Dari Bali menuju Jakarta
 Sempat bercita-cita jadi pilot karena seragamnya bagus dan bisa tiap hari di udara, namun cita-cita itu sudah saya lupakan, hehehe. Sekarang, saya menjadi manusia yang paling beruntung. Saya sudah bisa naik pesawat. Sekian ribu kaki dari permukaan bumi, melewati lautan biru yang terhampar, pemandangan indah yang mempesona.. Mungkin hal ini terasa konyol. Yaelah cuma naik pesawat doang. Hahaha..terserahlah. Tapi bagi saya, naik pesawat adalah bagian dari rezeki hidup saya yang menyenangkan.