expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 22 Juni 2013

kampus kami



Bercerita adalah cara yang tepat untuk meluapkan uneg-uneg yang ada di kepala. Aku memang suka bercerita, karena kita bisa tukar-menukar informasi, pengetahuan, pengalaman, apapun itu :D Kemarin adalah pengalaman yang seru bersama sobatu, Ray. Dia adalah partner sekelas yang usianya dua tahun lebih muda dariku. Perbedaan dua tahun berasa tidak berpengaruh: kami tetap nyambung bercerita. Apa saja. Kami suka cerita-tertawa-cerita-tertawa. Bwahahahaha

Bermula ketika aku dan teman-teman kelasku pulang selesai magrib. Aku dan Ray seru membahas sejarah kampus kami. Jujur saat itu aku sedang kesal sedang kerja kelompok. Rumit. Yeah, sebenernya aku ini ga suka kalo kerja kelompok ga tepat waktu. Hadeuh.. Untunglah bisa bercerita dengan Ray. Banyak hal menarik yang belum aku ketahui. Dan dari cerita-cerita Ray, aku jadi tahu. Jadi tahu kalau kampus kami ini...horor :D Haha,,yeah benar-benar horor. Ada makhluk lain di kampus ini. Ya fitrah kehidupan lah, manusia dan jin. Hidup di alam dunia. Berkelanjutan *eaa. Lumayanlah aku bisa ngelupain sejenak kerjaan kelompokku yang belum beres.

Ray bercerita bahwa situ dekat perpustakaan itu horor karena dulu ada perjaka yang banyak ilang (katanya ada kerajaan yg isinya perempuan semua gitu), ada staf yang gantung diri di kampus D, ada pembantaian jaman perang kemerdekaan di asrama belakang, ada penampakan bantal putih, ada kuburan massal yang jadi gedung mipa, ada penemuan tulang di gedung gizi kala pembangunan, hiiiyy.. T____T. Mendadak aku merinding, ngebayangin. Yeah, kampus kami memang seram-seram menakjubkan gimana gitu *eh

Disamping cerita horor, ada juga cerita tentang sejarah peresmian kampus kami oleh presiden pertama. Cerita tentang pohon-pinus-yang-salah-persepsi. Cerita bergesernya tiang pancang pertama kampus. Cerita tentang pabrik karet dan kebun karet sebagai kondisi eksisting kampus, ada saluran irigasi yang hilang, cerita sejarah gww dan bukit yang di-cut, tentang angkot yang masih bisa masuk kampus dan gerbang asli kampus yang ternyata dekat shelter sepeda gww, cerita konsep segitiga yang didesain oleh orang Jepang karena saat pembangunan Bogor digoyang gempa, dan cerita kalo kampus kami ini aslinya luaaas banget – berhektar-hektar. Ray dan teman-teman sejarahnya, Aini dan Refi, dengan setia mencari narasumber pelaku sejarah untuk menemukan fakta dan data bagaimanakah sejarah kampus ini. Nyari artefak juga lho mereka. Ini jurusan lanskap memang anak tiri segala ilmu (Syahadat,2013). Ilmu lanskap itu, bisa nyusup kemana-mana ternyata. Jurusan IPS terapan yang terselubung dalam IPB, hahaha. 

Salut sama mereka! Anak-anak kelas budaya itu tabah dan telaten, meski cuma bertiga orang. Kemana-mana udah kaya trio kwek-kwek. Tugas mereka seabrek lho padahal.

Lalu, cerita kami berlanjut mengenai sense of place. Lalu Ray bertanya apakah aku merasa kalo tiap tempat itu berbeda-beda nuansanya. Tapi aku sepertinya nggak sensitif,haha. Semua tempat sama aja. Tapi menurut Ray, dia merasa tiap tempat itu punya nuansa berbeda.
“Mas pram mau ke gizi (departemen gizi) ga? Hayuk liat yuk, gapapa bareng saya” ajak Ray. 
Saat itu kami tengah bercerita tentang seramnya penemuan tulang belulang saat pembangunan gedung gizi. Err..aku mendadak ragu. Awalnya aku menolak. Tapi penasaran. Akhirnya aku dan Ray berjalan menyusuri lorong menuju gedung gizi. Ray berkata bahwa mulai terasa nuansa yang berbeda ketika kami memasuki lorong gelap, gedung gmsk-LH yang gelap, dan koridor perbatasan dengan gedung teknik pertanian. Aku bilang aku tidak merasakan apa-apa. Enggak peka. Haha. Udah kaya persami aja ini jurit malam. Hm,,ide bagus. Bikin wisata malam kampus dengan Ray sebagai guide-nya.haha. Unforgettable pasti ini. Judul program wisatanya..: Wisata sejarah misteri kampus.hehehe..

Kami lalu berjalan pulang, melewati plaza pinus yang memorial itu. Memorial karena ada perbedaan persepsi jurusan agh dengan arl tentang jalur shortcut yang dianggap menyalaha site and plan *haha. bangku-bangku bentuk tombol yang salah lokasi dan nggak umum bagi orang kebanyakan (padahal dari segi desain punya filosofi sendiri), tentang Scindapsus aureus yang hilang dari node arl diganti jadi bambu-dalam-pot yang ternyata berulat dan berkutu, tentang pinus yang tak berarti apa-apa namun malah dianggap bersejarah, tentang taman gagal yang dibikin adik kelas arl, tentang hebohnya orang melihat cara sprinkle bekerja,, bwhahaha... 

 Malam itu berasa bwahahah bwhahaha, pengen ketawa terus

Wheh, jam sudah menunjukkan pukul 9, namun kampus kami masih agak ramai dengan mahasiswa yang asik ngerjain tugas,, yang ngedonlod pake wifi kampus lebih banyak :D. A green campus that never sleep,hehe. Mungkin kampusku ini harus lebih peduli lagi dengan aspek kesejarahan yang banyak hilang tanpa ada pendokumentasian yang rapi. Dan lewat cerita-cerita Ray, aku jadi banyak tahu tentang kesejarahan kampus ini..meskipun aku sendiri enggak ngambil kelas sejarah, haha.

Gimana, seru kan kampus kami ini? :D





Senin, 17 Juni 2013

dan, kami berkelana

Waktu itu, ketika aku sedang sakit, sebuah paket datang dari Aceh. Dan tak perlu untuk berpikir siapa yang mengirim paket. Yeah, that must be from him! My best friend from Aceh, Tou =) Sebuah kiriman kompilasi komik yang aku dulu buat semasa S-1. Hanya komik-komik dagelan tentang teman-teman sekelas kami, tetapi di tangannya, komik-komikku terasa bagai artefak sejarah kekonyolan masa lalu yang wajib dilestarikan. Aha..sungguh, bukan main senangnya menerima paket dari sobatku itu. Sebuah buku kecil berjudul 'Komik si pram', dengan desain sederhana dan sekapur sirih sang kurator yang tak lain sobatku sendiri.

Mendadak rasa sakit musnah tiba-tiba.

Bukan main girang rasanya buatku bisa menerima paket di kala dia sedang sibuk mempersiapkan studi di Australia. Di tengah permintaan teman-teman sekelas kami yang meminta agar buku tahunan kelas segera jadi. Aku dan Tou memang bagian dari tim buku tahunan kelas, bersama dengan beberapa teman yang lain. Sebagai ketua, Tou memang cakap membagi kerja untuk kami semua, apa saja yang harus dikerjakan. Dan itu sudah dirancang hampir dua tahun lalu. Dan kami kala itu sangat bersemangat.

Manusia memang beda-beda.

Anggota tim menjadi sibuk. Pemula mencari jalan rizki: bekerja. Dan mulai kehilangan semangat tampaknya, sama halnya sang ketua hehe. Sibuk mempersiapkan studinya ke luar. Tapi aku dan dia selalu menyelipkan percakapan mengenai buku tahunan kelas kami yang tak jadi-jadi. Bukan tak jadi. Aku percaya, dia pasti sudah mengonsepnya dengan apik. Tak perlu ragu kalo sobatku ini tangan dingin dengan kesenian dan kerajinan tangan.

Begitulah, semangat naik-turun. Manusiawi :)

Waktu berselang, dan Tou menepati janjinya untuk menyelesaikan buku kenangan kelas kami. Salut sungguh. Masih berupa pdf. Tampak nyata gaya khas dia membuat buku: fontasi, warna, foto, dan kata-kata. Meskipun banyak teman kami protes kekurangan disana-sini, buku pdf itu tampak perfect menurutku. Tidak mengurangi esensi. Apa mungkin karena kenangan kelas kami yang begitu banyak sehingga tak masuk di dalam buku? Haha,,entahlah. Layaknya hard disk laptop kita, tak pernah ada yang tahu pasti kenangan tersembunyi di dalam folder apa dan dalam format apa. Kenangan, tak mungkin semua-mua tertulis termaktub dalam buku kenangan yang kami buat. Tak cukup.

Tetapi, buku kenangan kelas kami adalah salah satu bagian penting untuk kami mengingat. Atau mungkin, kenangan-kenangan yang tersimpan dalam berbagai folder dan format dalam pikiran kami bisa terpanggil lagi malah?

Dan sang kurator pun pergi menunaikan tugas ke bumi kangguru. Jadi kepikir ingin ke sana, mengajaknya main APV ke Gurun Australia Besar, atau melihat Opera House di Sydney yang bentuknya mirip sirip hiu. Hm.. Senang bisa bertemu dalam dua kali kesempatan dengannya di Jakarta dan Bogor. Selepas lulus, sama-sama sibuk. Yeah hidup ini sibuk. Namun, tak ada yang berubah dengannya, begitu pun diriku. Masih sama bodreknya, gilanya, celotehnya. Tertawa lepas bebas tanpa batas. Bhuahahahaha.. Sampai kapan kami seperti ini ya tingkahnya. Bertemu kawan seperti menghalalkan kami bertindak di waktu lampau: gila.hehe. Begitukah?

Pernah suatu kali kami terlibat percakapan agak serius. Yeah, agak serius, tapi bagus. Intinya adalah:

"setiap ibu menyulam sayap tak-tampak di punggung-punggung kita. Dia menyulamnya lewat doa, harapan, dan cinta. Hingga saatnya tiba, sayap-sayap tak-tampak itu akan menguatkan kita untuk terbang. Dan sampai kapanpun, sayap-tak-tampak yang disulam ibu kita, selamanya, akan mengiringi hidup anak-anaknya"

Dan kami berkelana, dia kemana, aku kemana. Masing-masing kami punya sayap. Sayap yang membawa kami terbang menuju impian dan harapan kami.  Dan suatu saat, masing-masing kami, akan menemukan muaranya. Aamiin.