expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 31 Desember 2014

Naik Argo Parahyangan ke Bandung

Siapa yang tak kenal Bandung? Kota yang berjuluk Parijs van Java ini memang kota yang seksi. Selalu saja ada alasan orang untuk berwisata ke kota ini. Entah mau menikmati keindahan alamnya, mau belanja, mau makan, macem-macem tujuannya. Ke Bandung nggak hanya bisa dicapai dengan jalan darat Tol Cipularang lho. Cobalah naik kereta api Argo Parahyangan. Kereta api ini beroperasi 8x sehari Jakarta - Bandung. Kau bisa one day trip pula: datang pagi pulang sore, hehehe. Lumayan kan, kau sudah berperan serta dalam melakukan tindakan ekologis dengan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.

Lanskap Pertanian yang bisa kau nikmati selama perjalanan menuju Bandung. Petak-petak sawah layaknya mozaik, terhampar indah :)


Ini bukan lokasi syuting Harry Potter :D Betapa tingginya ini jembatan..


Jalur kereta api Jakarta - Bandung ini menurut saya memang keren. Semenjak memasuki wilayah Purwakarta, kereta akan mulai mengalami pendakian. Lanskap setelah Stasiun Cikampek cenderung berbukit-bukit. Begitu seterusnya sampai nanti tiba di stasiun Cimahi. Saran saya sih ambil bangku kereta berkode C-D ya (sisi kanan arah Bandung). Kau bisa menikmati pemandangan pegunungan, persawahan, tol Cipularang, seru banget dah :D

Bangsa kita perlu berterima kasih juga kepada Belanda yang telah memperkenalkan jenis tranportasi massal ini. Bayangkan, jalur kereta api ini menurut saya ekstrem. Ada banyak konstruksi jembatan, membelah perbukitan, melewati jurang, dan terowongan. Yeah, terowongan. Panjangnya sekitar 900 meter! (Nggak kebayang berapa lama terowongannya digali...) Belanda memang mereka bangsa penjajah, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa mereka juga telah berjasa memperkenalkan kereta api. Saat itu, penduduk pribumi tentu saja belum memiliki teknologi perkeretaapian seperti ini. 

Jalur kereta api ini menurut saya adalah benda pusaka yang harus dilestarikan. Udah dibuat dari tahun 1800-an akhir. Sambil menikmati perjalanan, saya berpikir betapa niatnya Belanda membangun jalur kereta api ini menuju Bandung. Dari internat, saya mendapatkan informasi bahwa pada zaman penjajahan kawasan Bandung adalah sentra pertanian dan perkebunan sehingga perlu transportasi kereta api untuk memudahkan mobilitas menuju Batavia (Jakarta). Dan sekarang, kita masih bisa menikmati jalur kereta api legendaris ini..

Harga tiket kereta api Argo Parahyangan yang saya dapat ini Rp 100.000,-. Setara dengan kualitas pelayanan kereta, nyaman pula, dan sajian pemandangan yang memesona mata. Jadi, rencanakan perjalanan wisatamu ke Bandung naik Argo Parahyangan. Selamat berlibur :D

Selasa, 30 Desember 2014

Berita Bahagia

Berita bahagia datang dari sahabat asrama dan kostan saya dulu. Sebut saja namanya Anto. Akhir bulan ini dia akan menikah dengan gadis asal Bandung. Anto, Lelaki Kebumen yang berkuliah dan bekerja di kota hujan ini. Dia orang yang baik dan easy-going. Kebetulan dia anak jurusan pangan jadi secara tidak langsung saya dulu sering bahagia karena dapat berbagai kudapan gratis dari praktikum dia di kampus, haha. Dia lumayan jago masak. Di antara kami berempat di kostan dulu, yang bisa masak paling Anto. Saya dan dua teman saya yang lain hanya bisa makan. Meski kostan kami punya dapur, nggak ada yang pernah telaten masak. Paling, masak air sama mi instan. Standar banget huft.

Anto usianya paling tua diantara kami dan paling dewasa. Chandra, teman saya, gadget-mania dan doyan tidur di depan laptopnya. Radit, hobi nyanti, nge-MC, dan rajin belajar. Saya sendiri apalah, doyan tidur, hehehe. Kami doyan ngobrol sampai larut malam. Biasalah, pasti menjurus ke arah topik ‘betapa enaknya kalo udah nikah’, bhahaha. Pikiran simpel lelaki yah memang beginilah. Mau enaknya aja, bhahaha. Semakin bertambah usia (makin tua gampangnya) kami pun semakin dewasa. Sudah pada tahu, menikah bukan main-main. Saat kami berkesempatan untuk bertemu, tetep aja saling ‘buru sono nikah buruu..’ :D

Menikah memang bukan sekedar menikah dengan pasangan kita, tapi ‘menikah’ pula dengan keluarga besar pasangan kita. ‘Menikah’ dengan tanggung jawab dan misi mulia yang akan diemban. Jadi, untuk hal yang serius, memang harus dilakukan dengan serius.

Yuk nikah yuk *lho


Everybody's Changing

Setiap orang bisa berubah: fisik dan pikiran. Seseorang yang sangat kau kenal, bisa saja berubah menjadi seseorang yang lain. Seseorang yang berbeda, seperti tiba-tiba tidak dikenal.
Itulah hal yang sebenarnya kadang mengkhawatirkan bagi saya: perubahan ke arah yang tidak baik. Seperti halnya ketika menyudahi hubungan dengan seseorang yang semula sangat saya suka. Kemudian, hilang begitu saja. Semula teman, tetapi kini jauh berbeda. Semula dekat, lantas terasa biasa saja.

Manusia memang makhluk yang unik yang tidak bisa dipastikan. Maka ketika kita menghadapi seseorang yang mungkin tiba-tiba berubah sifat, itulah manusia. Kita hanya bisa mampu untuk menjalankan peran ‘manusia’ sebaik mungkin di dalam kehidupan ini. Bersikeras agar segala sesuatu ideal sesuai keinginan kita, rasanya teramat sulit. Manakala sahabat saya yang saya kenal suka bercerita dan ceria lantas tiba-tiba pemurung, saya kini tahu alasannya mengapa dia berubah. Ada juga teman saya yang mendadak dekat dengan saya (padahal sebelumnya tidak sama sekali), saya juga tahu apa alasannya.

Apa yang selanjutnya dilakukan setelah tahu alasannya? Kita jadi tahu tindakan terbaik apa yang dilakukan. Menikmati proses dan tak perlu berlebihan menanggapi perubahan. Tiap orang mungkin akan berubah, akan mencapai masa saat dia akan mengubah sikap dan perilakunya, yang mungkin akan memengaruhi pergaulan dengan orang di sekitarnya. Ada yang berubah drastis. Ada yang lambat. Saya yang sekarang ini mungkin berbeda dengan saya saat dulu awal kuliah, atau saya saat bersekolah. Teman-teman terdekat saya mungkin juga telah berubah, dan banyak hal yang sepele maupun tidak turut mengubah perilaku saya. Bertemu orang-orang baru, pengalaman baru, segalanya, berperan dalam mengubah saya. Perubahan itu memang keniscayaan. Jika kau tidak suka dengan perubahan seseorang, sampaikan saja. Tanyakan. Orang juga perlu ditanya, karena hanya orang-orang yang sehari-hari dekat dengannya yang mengetahui perubahan dirinya. Tetapi ingat, bahwa kau hanya bisa menegur atau menanyakan secara lisan. Selanjutnya, pasrahkan saja. Percayalah setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing.


Sabtu, 06 Desember 2014

Ponakan

Kata orang-orang, ponakan saya mirip saya. Warna kulitnya, rambutnya, gaya isengnya, sama mukanya. Sebenarnya dia ini anak kakak perempuan saya,, tapi entah kenapa jadi mirip saya gini hahaha. Sebagai om-om yang tengah jomblo, kehadiran ponakan seenggaknya bisa menghibur (*jones banget :P). 

Di kelas saya, beberapa teman sudah menyandang gelar om-om. Ada Mas Rizki yang punya empat ponakan, ada Refi yang punya dua, dan saya. Tapi mereka sudah punya pasangan, saya sih belom. Bisa dikatakan mereka adalah om-om level expert. Sementara saya masih level madya. Ada juga teman saya Ray, dia lebih muda dari kami dan belum punya ponakan. Saya menyebutnya level om-om pemula, hahaha. Menyandang gelar om-om bukan beban, malah senang. Beban mungkin di wajah (*plak): sudah pantas jadi bapak-bapak, tapi belum berkeluarga. Penyebutan "om-om" terdengar lebih muda dibanding disebut "pak" :D 

Punya ponakan berarti jadi ada teman main dan bisa disayang-sayang. Meski kadang jejeritan kalo ponakan pup dan rewel, hahaha. Ponakan saya selalu bertanya tiap saya sudah pakai ransel dan bawa amunisi buat ke Bogor: "om pam mau ke bodong?" Bodong maksudya Bogor :D. Dia juga heboh setiap saya mau keluar, selalu mau ikutan. Lucunya, dia nggak mau disamakan seperti saya saat ditanya orang-orang rumah "Adek mirip om Pram apa om Adit?" Dengan cepat dia menjawab "Om Adit!". Adit adalah adik saya yang jauh lebih putih dan cakep (hiks*). Yeah kulit saya memang eksotik. Anak kecil aja tahu, hahaha.

Semoga adek tambah cerdas ya. Hehe :*



Om-om dan ponakannya

Minggu, 30 November 2014

Tembang Pusaka

sumber: www.javabossa.blogspot.com

Saya baru mengenal Bossanova Jawa (BJ) pada akhir 2011 lalu, ketika laptop lama saya rusak. Teman saya memperbaiki laptop saya serta memasukkan satu folder grup musik ini ke dalam drive D saya. Sekali mendengar, saya langsung menyukai musiknya. Akhirnya saya suka lagu tipe-tipe jazz seperti ini, hehe. Jujur saya enggan mendengar lagu jazz klasik dan sejenisnya. Jangan pernah suruh saya Mozart, Beethoven, dll. Saya pasti eneg, berlanjut dengan ngantuk. Zzzz..

Saat saya berkesempatan mengunjungi Semarang pekan lalu, saya kembali mendengar tembang grup musik apik ini, yaitu Bengawan Solo. Wow, tembang pusaka! Bengawan Solo adalah tembang pusaka karya Almarhum Mbah Gesang yang sangat saya suka :D

Dan saat itu, saya mendengar tembang pusaka tersebut tempatnya justru di sebuah perguruan tinggi, dalam suatu acara resmi berupa seminar bertemakan pelestarian pusaka. Sungguh saya senang luar biasa, haha (lebay amat saya). Mungkin terhanyut oleh suasana. Lucunya, saat itu saya tiba-tiba seperti sedang berada di dalam sebuah kedai makan jadul sambil ngeteh tubruk :v

Konteks musik saat ini memang cenderung dipengaruhi oleh budaya pop: lagu-lagu yang cepat terkenal, populer, melejit, lantas usang seiring perjalanan waktu. Saya suka juga lagu pop, tapi saya cuma nyari beat nya saja. Saya tidak menemukan keusangan di dalam tembang-tembang yang dibawakan oleh grup BJ. Mereka hanya membawakan lagu-lagu lama, di-retouch dengan gaya musik modern, hasilnya jadi bagus. Dasar lagunya sudah bagus, dibawakan dengan cara yang bagus pula, hahaha. Usang, tapi berkelas. Saya punya teman yang lebih lawas dalam hal lagu. Dia lebih suka lagu yang ngehits pada era orangtua saya, bhahaha..

Konyolnya, selama di Semarang, dalam benak saya ini selalu berdengung-dengun lagu-lagu BJ. Hahahaha..lebhuay.. Entah kenapa dalam pikiran saya tuing-tuing muncul konektivitas antara bangunan-bangunan tua di Semarang, makanannya yang enak-enak, kenangan masa lalu (*eh) dengan iringan tembang pusaka BJ.

#np - Gambang Semarang




Semarang dalam Foto


Tugu Muda dengan latar belakang Gedung Lawang Sewu. Tempat asyik untuk menghabiskan malam akhir pekan menikmati keramaian pusat kota Semarang


Jika Jakarta punya kawasan Kota Tua, maka Semarang punya kawasan Kota Lama. Belanda membangun Semarang di kawasan Kota Lama, Semarang bagian utara. Menurut saya, cukup banyak bangunan peninggalan Belanda di Semarang, sampai-sampai Semarang dijuluki The Little Netherlands


Gereja Blendhuk. Kubahnya khas. Terletak di kawasan Kota Lama Semarang. Merupakan gereja Protestan. Di Semarang akan banyak kau temukan gereja, baik Protestan maupun Katolik. Pastur pertama Indonesia, Soegijapranata, menjadi salah satu nama universitas di kota ini.







Lawang Sewu mungkin ikon paling terkenal dari Semarang. Lokasinya dekat dengan Tugu Muda. Lawang berarti pintu, dan sewu berarti seribu. Merupakan istilah untuk menggambarkan betapa banyaknya pintu yang ada di gedung ini.





Stasiun Semarang Poncol. Ada dua stasiun besar di Kota Semarang: Semarang Poncol dan Semarang Tawang. Semarang Poncol melayani kelas ekonomi, sementara Semarang Tawang untuk kelas bisnis dan eksekutif. Jika keretamu tengah singgah di Stasiun Semarang Tawang, dengarkanlah suara aba-aba khas stasiun Semarang Tawang yang merupakan instrumentasi dari lagu Gambang Semarang.

Cukup banyak masyarakat keturunan Tionghoa di Semarang. Salah satu Klenteng yang terkenal adalah Sam Po Kong. Sayangnya saya tidak sempat kesana. Foto ini merupakan Vihara Buddha di Kawasan Banyumanik, arah ke Ungaran.

Bangunan bersejarah dengan latar belakang bangunan modern.

Jembatan Berok. Berok merupakan salah pelafalan dari kata Brug (bahasa Belanda). 

Sabtu, 29 November 2014

Semarang Kenyang!

Semarang namanya. Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini menurut saya pribadi masih kurang 'terdengar' jika dibandingkan dengan destinasi wisata lain di Indonesia seperti Bali ataupun Jogja. Kota berjuluk Little Netherlands ini terletak di kawasan pantai utara Pulau Jawa (saya curiga para pembaca pun nggak tahu julukan ini, ahahaha). Dijuluki Little Netherlands karena Semarang memiliki banyak peninggalan bangunan Belanda serta kawasan kota tua (Kota Lama Semarang). Kawasan Kota Lama Semarang secara arsitektural dan memang terasa 'Belanda banget'. Menurut teman pusaka saya, Ray, Semarang ini malahan lebih kental suasana heritage-nya jika dibandingan dengan Bogor, bhahahaha.

Selain pusaka berupa fisik bangunan, Semarang punya warisan kuliner yang harus kamu coba. Kali ini, saya mau berbagi sedikit informsi kuliner Semarang yang menurut saya enak-enak dan harus dicoba hehe. Siapkan mental kamu karena dijamin kamu akan penasaran sama makanan-makanan enak berikut ini:

1. Lumpia, Jalan Pandanaran


Sexy banget ini lumpianyaaa. ahahaha


Lumpia, atau Loenpia. Ikon kuliner Semarang ini sudah tak asing lagi. Tapi kau harus coba lumpia di kota asalnya ini, hehe. Lumpia yang saya dan teman-teman saya icip berisi rebung dan daging ayam. Makanan ini merupakan bentuk akulturasi kebudayaan Tionghoa dan Jawa (*budaya, bhahaha..).Harga lumpia ini Rp 11.000,- per buah. Lumpia disajikan dengan dua jenis saus, saus bawang putih dan gula merah. Kalau kurang pedas disediakan juga rawit (lombok). Menurut berbagai sumber yang saya dengar dan baca, lumpia yang asli pertama hadir di Gang Lombok, kawasan Kota Lama.  Saya sih belum kesana. Bisa juga kok menyusuri Jalan Pandanaran. Di sepanjang jalan ini akan banyak kau temui lumpia, tahu bakso, dan kawan-kawannya, haha.


FYI:  Jalan Pandanaran ini jalanan protokol yang wajib kau susuri saat di Semarang. Pedestrian yang disediakan oleh pemerintah setempat lumayan nyaman dan lebar. Mau bergerombol juga oke. Sambil bingung-bingung mau makan apa, hahaha..


Di Jalan Pandanaran ini kamu akan menemui fenomena adaptive use, yaitu pemanfaatan bangunan bersejarah yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Siapa sangka di balik fasad jendela dan pintu rumah jadul ini ada al*fa*ma*rt. Kabar gembira: kau bisa nongkrong sepuasnya, seperti model di atas yang sedang asik ngobrol tentang pusaka :v

2. Tahu Gimbal, Simpang Lima




Kamu-kamu yang rambutnya gimbal, wajib coba tahu gimbal biar makin gimbal, wkwkwk. Makanan ini banyak tersebar seantero Semarang guys, haha. Makanan ini terdiri atas tahu, kol, lontong (awas, kenyang, hahaha), toge, telur, dan gimbal (kalo nggak salah itu sih). Gimbal adalah tepung yang digoreng sama udang (yang alergi udang gigit jari aja dah). Harga seporsi tahu gimbal ini sekitar 10ribu-an. Kenyang banget! 

Tahu Gimbal ini banyak ditemui di Semarang. Kalau kamu malas, kau bisa langsung berkunjung ke kawasan Simpang Lima Semarang, cari deh warung yang jual tahu gimbal. Setiap malam, akan banyak tempat makan enak-enak bertaburan. Simpang Lima Semarang memang dijadikan sebagai pusat kuliner Semarang, jadi penataan kawasan menurut saya udah keren banget. Dijamin pusing mau makan apa, haha.

Jangan langsung pilih tempat. Cobalah keliling Simpang Lima dulu.. saat kamu mencapai lokasi paling capek, berhentilah di situ dan segera pesan makanan :v 

3. Tahu Pong, Jalan Depok

Hmm.. tahu pong ini enak buat ngemil setelah makan (ebuset, hahaha)
Tahu Pong ini bisa kamu jumpai di Jalan Depok. 'Pong' bermakna kopong, alias kosong. Tahu yang isinya tidak ini digoreng, lalu disajikan dengan sambal petis dan acar lobak. Hmm.. nikmaat.. Baru kali ini saya icip kudapan seperti ini. Saya dan teman-teman saya mencari penjual tahu pong ini modal nekat: menyusuri jalan dari Simpang Lima ke arah Jalan Gajah Mada. Sambil tanya ibu-ibu penjual makanan tepi jalan, hahaha. Wajib nyoba ini ya kalo ke Semarang :D


4. Es Conglik

Es Conglik, lontar, dan tempe. Jangan dicontoh, ini kreasi saya aja. Ahahaha
Es Conglik bisa kau temui di kawasan Simpang Lima. Saya dan teman-teman kebetulan meminta tolong pada driver taksi kami untuk mencari ini. Nemu deh di deretan tenda-tenda, dekat dengan tenda penjual daging ular kobra (alamak,,seraaam..). Conglik merupakan singkatan dari kacong cilik. Kalo nggak salah pembantu yang masih kecil (cmiiw). Dia disuruh majikannya keliling jualan es. Mungkin dia lelah, jadi sekarang es conglik dijual dalam format tenda. Ada varian rasa duren, cokelat, sama dua rasa lagi lupa. Ditabur meises dan lontar. Yang jual bilangnya "ini buah siwalan mas" Tapi dalam pendengaran saya "sialan", jadi saya tanya lagi ini buah apa, "si-wa-lan mas, lontar," jelas si penjual. Wkwkwk..

Buah lontar, bagi yang belum pernah nyoba, mirip nata de coco, tapi rasanya tidak begitu manis, Saya langsung suka dengan buah ini. Saking senangnya saya masukan saja keripik tempe ke dalam mangkuk es congklik saya. Joe, teman saya, malah memasukkan emping. Makin nggak nyambung. Hahaha.. Mengingat cuaca Semarang yang lumayan hot, saya rasa kamu wajib mencoba kudapan ini.

5. Nasi Liwet Lesehan, Simpang Lima

Dua dari lima komplotan saya selama di Semarang :v

Nasi Liwet Simpang Lima. Mengingatkan saya dengan Solo.

Bagi saya yang biasa pulang ke Surakarta alias Solo, nasi liwet adalah menu wajib untuk memanjakan selera makan saya, haha. Ternyata, masih dari kawasan Simpang Lima, ada mbok-mbok yang menjual nasi liwet! Rasanya lumayan sedap. Dan saya suka, saya akhirnya bisa ngeleseh! Yes! Tempatnya dekat dengan Matahari. Di pojokan, samping pos polisi. 

Kalau kamu main ke Semarang saat malam, kamu akan menyadari bahwa sangat jarang tempat makan di Semarang yang menyajikan cara makan dengan gaya lesehan. Gaya lesehan merupakan gaya yang populer di Solo dan Jogja (berhubung saya cuma tahu kedua kota budaya ini (*budaya) jadi contohnya Solo dan Jogja yaa.. :v). Penjual makanan biasa menyiapkan alas tikar dan pelanggan bisa lesehan. Nyantai banget brow. Kaki jadi rileks dan suasana menjadi akrab. Nggak heran Om Katon Bagaskara menyebutkan di dalam lirik lagu Yogyakarta yang apik itu: "Ramai kaki lima..menjajakan sajian khas berselera..orang duduk bersilaaa..."

(Baru sadar ternyata lagu Yogyakarta itu budaya banget, :v)

Tempat ini lumayan rame, tapi nggak bikin kamu berdiri kaya lagi ngantri di kantor pos kok. Duduk manis aja. Dengan sigap, mbok-mbok dan ajudannya akan melayani. Nikmati suasana Simpang Lima sambil makan nasi liwet itu juara banget :D

6. Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi, Jalan Gajah Mada

Daging sapinya lembut, nasinya sih sedikit, tapi lezat! Pengen nambah,, tapi malu. Bhahaha
Dalam pikiran saya, yang namanya 'pindang' itu adalah lekat dengan kuliner ikan. Tapi, di tempat makan satu ini bukan. Yang dipindang adalah daging sapi. Letaknya di Jalan Gajah Mada. Porsinya kecil, cocok untuk sarapan (buat saya,,hedeuh..kurang nampool,, hahaha). Harganya 25 ribu satu porsi. Lumayan sih, tapi memang rasa nggak berbohong (hikss.. menatap dompet). Ada banyak foto artis yang pernah makan di tempat ini. Artis pernah makan, berarti enak. Kalau kata teman saya, Mas Glory, kalau ada orang Cina makan, berarti enak. Aahahaha..

7. Es Dawet Duren Jalan Karanganyar

Saya tampilkan model di atas untuk meyakinkanmu bahwa es dawet ini enak banget :D
Es Dawet Duren. Dawet itu seperti cendol kalo menurut saya (*cmiiw). Minuman ini kami temukan saat putus asa untuk menemukan Leker Paimo. Bagi duren haters, kau bisa pesan tanpa duren kok. Durennya gede-gede banget! Harganya murah pula. Bagi pecinta duren, mari bersama-sama merapat ke Jalan Karanganyar ini. Rasanya enak, segar, dan herannya saya yang biasa batuk kalau jajan es nggak batuk habis minum ini. Aaahahaha.. Saya semakin saktiii..

8. Ngoyang, depan Kolese Loyola Jalan Karanganyar

Ngoyaaaang
Masih dari Jalan Karanganyar, kawasan Kolese Loyola, kau akan nemu makanan ini. Ngoyang. Oriental banget ya kedengarannya. Ngoyang yang ini isinya daging ayam dan sayur, dituang saus pedas dan irisan timun. Hmmm sedaap.. Jangan datang saat hari libur sekolah ya Hari libur sekolah berarti yang jual pun nggak ada, hehehe.

9. Leker Paimo, depan Kolese Loyola Semarang

Masih lupa definisi leker itu apa? Hahaha..buka lagi ya di sini. Leker Paimo ini juga nangkring di depan sekolahan Kolese Loyola. Sayangnya, komplotan saya yang paling cantik, Loli, nggak ada karena dia udah keburu kabur ke Jogja. Padahal dia yang ngidam kudapan ini. Beruntung kami nggak perlu ngantri banyak. Dari blog yang Loli baca, pembeli mesti sabar antre lumayan lama,, waw..

Menatap si mas-mas penjual leker. Lumayan, sambil nungguin si leker jadi. 

Voila, this is it! Leker tuna pesanan saya.. Hmm..

Okay pembaca, mungkin baru itu yang bisa saya ceritakan mengenai sedikit kuliner Semarang. Saya yakin masih banyak kuliner Semarang yang enak-enak yang belum saya ceritakan. Ahahaha,,

Selamat makaaan :D

Sabtu, 15 November 2014

Mabok jurnal

Sebagai insan dunia, apa yang bakal lo alami saat memasuki dunia kampus? Menulis! Yeah, menulis! Gak peduli lo ganteng atau cantik, lo tenar atau nggak,, nggak perlu. Tugas mahasiswa sebenarnya cuma baca-tulis. Lebih-lebih yang udah masuk taraf pasca: mesti publikasi. Bahkan saat lo nggak mau menulis, kau dipaksa harus menulis. Menulis bagaikan koin uang logam. Di satu sisi ada yang namanya membaca. Baca diktat kuliah, baca soal-soal, baca tanda-tanda (eaaa). Jadi, siap-siap ke laut aja kalo ogah membaca dan nulis.

Sebagai anak lenskep kutu loncat, menjajal berbagai topik dari dunia tanaman-desain-lalu budaya (mabok), gw rasa momen menulis jurnal adalah momen paling klimaks sebagai anak mahasiswa. What you write is what you got. Kuncinya memang banyak baca, banyak nanya sama yang lebih paham, dan banyak berdoa biar kuat. Kenyataannya, rata-rata mahasiswa memang malas baca. Baca kalau terpaksa mau ujian semester, haha. Gw bersyukur alhamdulilah punya teman yang doyan ngejurnal. Gaya bahasa, selingkung, kata baku tidak baku, sistematika,, wuih..mantaap. Mimpi buruk akan jurnal emang bakal nggak kerasa kalo kita punya sobat yang expert ama dunia perjurnalan.

Pesan temen gw yang paling membekas adalah bahwa sebagai seorang lenskeper, gw harus banyak tahu banyak ilmu dan mencoba segala bidang dalam dunia perlenskepan :') Sambil nulis ini gw sambil mabok jurnal. Demi. Malam minggu pula (emang kenapa ama malam minggu, jomblo woy). Dan tema jurnal yg gw godok adalah tentang pusaka. Yep. Materi baru yang konon katanya dulu gw agak gak suka sama yang satu ini.

Nyatanya gw nulis-nulis juga tentang pusaka. ppfff...

Kalo untuk menulis seacar global, hm bagi gw sendiri paling doyan nulis blog. Malah kadang ngeduluin nulis blog dibanding nulis yg disuruh dosen, hahaha. Emang asik nulis blog: nggak kaya twitter yang cuma 140 karakter, facebook yang kalo kebanyakan nulis status trus dibilang curcol (cuma dikasih jempol), atau path yang dilop-lopin. Kalo instagram itu bukan nulis ya, tapi pamer aktivitas/barang. Kalo line = pamer stiker (KLING KLONG.. po*ko*pang). Blog emang jadul, tapi powerfull (powerfull buat misuh-misuh, hahaha). Bukannya jurnal itu = blog ya? Seandainya menulis jurnal dkk nya itu segampang menulis blog.. *dikejar dosbing*

Mari menulisss...jurnaalll..






Sabtu, 08 November 2014

Jujur

Mengungkapkan sesuatu secara langsung itu perlu adanya. Sampai kapanpun, lawan bicara kita bukan Tuhan yang tahu segalanya, begitu kata sahabat baik saya.  Mengalami kesulitan komunikasi memang pasti dialami oleh semua orang. Ada orang yang tipe kurang peka, ada yang terlalu peka. Ada yang blak-blakan bilang, ada yang tertutup. Tidak ada yang salah, namanya juga tipikal manusia yang sudah pasti tidak ada yang persis identik satu dengan yang lainnya.

Suatu ketika, saya merasakan jatuh cinta pada seseorang. Karena  non verbal saya tak cukup kuat membuktikan (dan bukan hal yang baik mengungkapkan rasa hanya dengan non verbal), akhirnya saya katakan saja. Pernah pula saya merasa kesal dengan tindakan rekanan saya, dan saya diam saja. Berharap rekan saya itu mengerti saya – dan ternyata saya salah besar. Saya beranikan diri saya untuk jujur berkata pada dirinya. Saya pernah merasa keberatan dengan permintaan atasan saya dulu untuk melakukan suatu hal yang di luar jangkauan saya. Langsung saya utarakan ketidaksetujuan saya.

Kejujuran adalah pil pahit yang harus diminum untuk mendapatkan kesembuhan dari suatu penyakit.

Tetapi, dalam pemikiran saya, tidak semua harus kau katakan. Jujurlah pada tempatnya. Lihatlah pada siapa hendak kau bercerita. Simpan rahasia terpentingmu dalam-dalam. Saya pribadi merasa saya ‘aman’ untuk mengungkapkan segala rahasia saya kepada sahabat. Tetapi, sahabat yang baik toh tidak akan memintamu mengungkapkan segalanya pada dia bukan? Bersikap wajar yang utama. Karena setiap orang, selamanya akan memiliki rahasia-rahasia yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.



Kondangers

Selamat yaa..

Semoga jadi keluarga Samara.. (sakinah mawaddah wa rahmah)

Doain gw nyusul ya..

Kapan nyusul?

Cepet nyusul yaa..



Usia saya sekarang ini adalah usianya orang-orang untuk menikah. Saya, laki-laki usia 26 tahun, jomblo, dan menerima undangan pernikahan hampir setiap minggunya. Pengirimnya tak lain tak bukan adalah kawan-kawan saya: kawan dari SMP, SMA, hingga kuliah. Bahkan saat ini tren mengirimkan undangan dengan cara yang lebih eco yaitu via whatsapp, message di facebook, atau BBM. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya memaklumi bahwa era saya hidup sekarang ini adalah era paperless. Konyolnya, saya suka lupa dengan tipe-tipe mengundang yang lewat message facebook.

Facebook saya sudah ada sarang laba-labanya.

Apakah saya iri dengan teman-teman yang sudah menikah duluan? Yeah tentu saja. Saya hanya manusia biasa, bukan alien dari planet antah-berantah. Fitrah setiap manusia memang ingin berpasang-pasangan: berkeluarga, memiliki keturunan, melebarkan kekerabatan.

Sebagai laki-laki berusia 26 tahun, dan jomblo, menghadiri resepsi pernikahan teman sendiri nyatanya bukan hal yang mudah pula. Yeah, saya termasuk aliran yang berpikir bahwa menghadiri resepsi pernikahan memang lebih enak berdua dengan yang resmi (ehem), ataupun, dengan teman-teman komplotan satu angkatan.

Menghadiri resepsi pernikahan seorang diri bagi saya pribadi agak ngemalesin.

Bahkan saya pernah mengajak adik saya. Lumayan, makan gratis. Hahaha.

Bertemu teman-teman yang sudah menikah, lalu ditanya-tanya kapan menyusul, bagi saya pribadi itu menjengkelkan (doakan saja ya, begitu selalu jawaban saya sambil nyengir kuda). Jadilah saya selalu datang di awal acara, salaman dengan mempelai, lalu makan sekedarnya, lalu bergegas pulang. Kadang saya salaman di akhir: celingak-celinguk mencari teman-teman yang mungkin saja saya kenal, ngobrol, makan, baru salaman, lalu pulang. Model resepsi ala standing party dengan durasi sekitar tiga jam memungkinkan saya melakukan hal tersebut.

Catatan : nggak ada ketentuan bahwa dalam menghadiri resepsi kita harus salaman dulu atau makan dulu. Kalau saya lapar berat, saya langsung makan. Kalau saya lagi pengen salaman dulu, makan belakangan. Woles aja.

Sebenarnya bertanya kapan menikah itu bentuk perhatian teman-teman. Mungkin semacam cambuk biar cepat juga. Berkali-kali ditanya seperti itu, sekarang saya jadi kebal. Saya jadi berpikir awas aja yang nanya-nanya begitu nanti nggak datang jika saya nanti mengadakan resepsi (*toyor). Dibawa asyik saja lah. Sabarlah, jalan manusia memang beda-beda. Terima kasih atas perhatian Anda semua. Hahaha.  


Kamis, 30 Oktober 2014

Kapalan Singapura, Badiap badiap. dan Harry Potter asalnya Singapura :D


Saking kebanyakan jalan di Singapura, saya dan Ray menderita penyakit kapalan. Yeah, kami berjalan jutaan kilometer. Menyusuri sudur layaknya traveller. Tapi kami bukan mau nge-sok traveller atau apa, kami hanyalah pemuda IPB yang penasaran dengan Singapura. Maka berjalan kaki menjadi kegiatan kami selama tiga hari. Sepatu saya alhamdulilah tergolong nyaman. Meski nyatanya nyamannya sepatu tidak menghalangi penyakit satu ini menghinggapi jari-jari kaki.

Hari pertama saya bangun di hostel, saya merasakan benjolan menyebalkan di jemari kaki saya yang memang jarang banget dipakai jalan berkilo-kilo meter jauhnya. Ray lebih parah. Dia masih membawa kapalan korea-nya, hahaha. Master pusaka itu minggu sebelumnya bertandang ke negeri ginseng dan beberapa hari kemudia ikut saya ngebolang ke Singapura. Jadilah dia dapat dua bintang: kapalan korea dan kapalan singapura, wkwk. Meski demikian kami nggak merasa pegel. Mungkin karena dibawa senang jadi lupa. Cuma haus yang selalu mengganggu saya. Yep, Singapura beriklim sama dengan Indonesia. Tropis. Saya jadi banyak minum selama ngebolang.

Ketika kami mengunjungi Orchard Road, ada lagu yang disetel saat kami keluar stasiun MRT. Entah itu siapa yang nyanyi, saya ingat nadanya enak. Saat saya menanyakan kembali ke Ray bahwa ada lagu enak yang saya dengar, Ray bertanya, kaya apa nadanya? Saya langsung nyanyi, "marry that girl,,badiap badiap.. marry that girl,,badiap badiap.." Ray langsung ngakak. Badiap badiap apa pula,,katanya. Saya merasa kaya si amburagul badeway badeway itu,..bhahahaha

Hal konyol terakhir yang diungkapkan oleh master pusaka adalah Harry Potter asalnya dari Singapura. Bermula ketika kami menyusuri Little India dan menemukan Jalan Norris. Norris adalah kucing betina milik Mr Filch di serial Harry Potter. Saya kira Ray tahu Harry Potter, jadilah saya nyeletuk "Eh Ray, itu ada jalan Norris. Norris kan kucingnya Filch ya," dan Ray hanya mengernyitkan dahi. " Saya nggak ngikutin Harry Potter,.." Kemudian saat di Changi, kami melihat ada toko kue dimana para pegawainya memakai topi penyihir. Tak saya sangka Ray pun nyeletuk "Hmm..berarti Harry Potter asalnya mungkin dari Singapura ya, tu mereka pakai topi penyihir, trus ada jalan Norris..hm,,dia emang aslinya dari sini." Bhwahahaha...

Meluncur ke Singapore!


 Singgapooooreee..

Negara tetangga nan mungil itu kini menjadi destinasi wisata saya kali ini. Bersama sobat pasca saya yang juga merupakan master pusaka, Ray, kami berdua menjajal negara singa yang jelas-jelas nggak ada singa-nya di kota itu (nggak tau deh di dalam Singapore Zoo-nya). Singapura bukan negara yang asing bagi sebagian besar warga Indonesia. Singapura dikenal sebagai negara tujuan wisata, berbelanja, pendidikan, ataupun pengobatan.

Cerita diawali dengan salah turun terminal di Bandara Soekarno Hatta. Harusnya saya turun di terminal 3, bukan terminal 2. Untunglah ada bus bandara gratis. Tiba di terminal 3, saya menanti Ray yang tampaknya masih terjebak macet di jalan tol Jakarta. Setelah Ray muncul, kami langsung check-in online. Tinggal ketik kode penerbangan, triing,, kecetak deh boarding pass-nya. Jangan lupa bayar airport tax 150 ribu (mihill...).

Alhamdulilah kali ini saya dapat tiket deket jendela. Bisa lihat awan! Bhahaha..norak never dies. Sambil ngobrol, tak terasa satu setengah jam kemudian tiba di Changi Airport. Bandara terbaik di dunia ini cuantik banget.. ayo Soekarno-Hatta, dibenahi lagi biar makin cihuy :D

Kami harus mengisi kartu imigrasi. Sumpah bingung saat ditulis mau tinggal dimana selama di Singapura. Bodohnya saya lupa mencatat tempat menginap kami. Bahkan booking pun belum. Demi kelancaran, kami berdua dengan pede nulis saja alamat hostel kami di kartu imigrasi.

Di Changi Airport ada tempat shalat kok, jadi nggak perlu khawatir nyari tempat shalat. Di tempat ini adalah tempat ibadah untuk semua agama. Ikuti saja papan petunjuk yang tersebar di bandara ini.
Jangan lupa mengambil peta gratisan di Tourist Information jelang pintu imigrasi. Ada banyak informasi penting yang bisa kamu dapatkan. Ambil juga peta biar nggak nyasar. Tidak banyak orang yang bertanya-tanya arah di Singapura: peta-lah kuncinya.
Kamu bisa berwisata mengelilingi Bandara Changi dengan naik skytrain gratis ini. Skytrain ini menghubungkan tiga terminal di Bandara Changi.
Kata Bu Is dalam Ray 2014, konsep di Singapura adalah Everything is yesterday. Segala yang kamu lihat di Singapura akan segera berganti. Jadi, jangan malu-malu ambil foto di foto spot ini.
Baguuss :D
Melewati bagian imigrasi, yess..loloos..yeeaah.. Kami langsung naik MRT ke arah tujuan kami, Stasiun Lavender. Ray cerita bahwa kami akan melalui stasiun Tanah Merah. Nanti denger dah logatnya ya, kata Ray. Benar saja, logatnya ala Melayu gitu. Nggak bisa dituliskan disini, haha..kalo mau denger ketemu saya langsung yah nanti saya contohin gimana ngomong Tanah Merah.hahaha..

Sesampainya di Lavender, kami langsung menuju jalan King George. Ada homestay lumayan murah disitu. Sekamar delapan kasur (ada AC dan kipas angin) dan fasilitas berupa kamar mandi luar, pengering rambut (lumayan biar ga lepek), dapur, sarapan roti+sereal+teh, televisi, wi-fi. Cukup dengan $21 per malam saja kakaa..haha. Toh buat apa nyari hostel mihil mihil orang kami tujuannya ya jalan-jalan. Yang penting bisa buat tidur,hehe. Setelah taruh tas dan istirahat sejenak, kami langsung meluncur ke MRT lagi. Oya mending kamu punya kartu EZlink untuk kemudahan ber-MRT ria. Bayar $12 untuk beli kartunya. Kamu juga bisa isi ulang di berbagai anjungan (ceileeh..anjungan..) di setiap stasiun MRT).

Bisa isi ulang katu EZlink mu disini. Minimal $10.
Kami menuju Garden Wadebay, eh, Garden By The Bay (GBTB) . Taman ini terkenal karena ada pohon eco nya yang punya konsep bagus banget dalam upaya mengkonservasi lingkungan. Lanskap banget dah. Ada taman-taman tematik pula di dalam area GBTB. Yang heran adalah ada Taman Malay yang mendengarkan lantunan lagu tradisional Sunda. Pfftt..


Never get lost in Singapore

Bahkan kamu bisa Yoga di sini :D

Green :)

Taman India

Wooden deck





Selepas dari GBTB kami mengunjungi gedung melengkung yang di atasnya ada kapal terdampar, Marina Bay.



Cheeseeee.......!
Selepas dari GBTB, kami langsung lanjut ke Clarke Quay naek MRT lagi. Di Singapura, harus modal jalan kaki ya, hehe.. Buat orang Indonesia yang doyan ngangkot, ngemotor/ngemobil, ini adalah ajang yang bagus untuk kembali sehat, hahaha

Sungai Singapura kala malam. Lighting yang memesona ;D

Atap vernakular bergaya China. Menurut pemandu saya, semula Sungai Singapura ini sangat kumuh. Kemudian kawasan ini ditata dan beberapa bangunan lama dipertahankan dan kini difungsikan untuk wisata kuliner malam hari. Kapal-kapal lama difungsikan kembali pula untuk wisata sungai. 
Kejadian koplak wisata hari pertama kami ditutup dengan Sate Singapura seharga empat ratus ribu. Alamaaak.. mahalnyaaa.. Karena kami darurat lapar, jadilah kami makan di tepi sungai. Mungkin harga sate nggak seberapa,, mahal karena bisa melihat sungai bersih nan indah bermandikan cahaya kali yaa..hahaha *nyesek*. Nggak apa-apalah. Jadi bisa buat bahan pelajaran :D

Singaporean Satay seharga 400 ribu rupiah, hahahah.. jangan makan di tepi Sungai Singapura. Mahal di ongkos sightseeing-nya! T_T

Sampai di hostel, saya ngemilin roti dari Indonesia yang saya bawa dan minum air gratisan, hahaha.