expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 25 November 2013

Teramat cepat

[ Sebelumnya, aku ingin para pembaca yang budiman mendoakan kondisi adik teman saya yang bernama Tama yang saat ini tengah koma di rumah sakit. Semoga penyakitnya diangkat, diberikan kesembuhan sehingga bisa beraktivitas seperti sedia kala.. Aamiin ya Allah.. ]
..
terima kasih untuk doa para pembaca-


Beberapa hari yang lalu, aku dikejutkan oleh berita mengenai adik dari sahabatku, Joe, yang mengalami kecelakaan di jalan raya di bilangan Jakarta Barat. Saat itu, aku baru saja selesai makan malam bersama Joe di dekat kos-kosannya. Selang lima belas menit kemudian, Joe menelepon dengan napas tersengal. Adiknya, Tama, mengalami kecelakaan pada sore hari tadi. Aku langsung setuju mengiyakan menerima ajakannya untuk menemaninya pergi ke rumah sakit tempat adiknya dirawat.

Pikiranku seketika meraih ponsel mencari lokasi rumah sakit tempat Tama dirawat.  Jujur aku belum pernah tau daerah lokasi adik sobatku itu dirawat sehingga aku mencoba mencari petunjuk dengan bantuan ponsel. Bismillah, aku dan Joe berangkat naik motor. Saat itu sudah jam setengah sepuluh malam. Motor melaju kencang. Dalam suasana ketidakpastian, aku berpikiran positif bahwa Tama mungkin hanya luka ringan. Pun halnya Joe yang mengatakan semoga luka Tama hanyalah luka ringan.

Jalan yang kami susuri sudah masuk wilayah Jakarta Barat. Alhamdulilah jalanan lancar, tak ada kemacetan yang berarti sejak kami berangkat dari Bogor. Di tepi jalan tak sengaja aku melihat ada papan signage yang mengarah ke arah rumah sakit tujuan kami. Langsung kami mengikuti petunjuk tersebut. Dua jam kemudian, kami tiba di rumah sakit. Sudah ada dua orang kakak laki-laki Joe. Kami bergegas menuju IGD rumah sakit, dan kemudian mendapati Tama disitu.

Dan pertama kalinya di dalam hidupku aku melihat langsung seseorang yang aku kenal berada di ruang IGD. Tersengal. Badannya bergetar dengan bantuan alat pernapasan. Tama koma. Sejak tadi sore rupanya. Joe baru mendapat kabar pukul sembilan malam tadi dan tak lama dia pun menghubungiku untuk menemaninya.

Aku hanya membisu. Tak tega melihat kondisi kritis Tama. Tangis Joe tumpah, disusul olehku.
Beberapa waktu kemudian Tama masuk ruang operasi rumah sakit. Hanya doa yang bisa kami ucapkan kala itu. Ku dengar nama-Nya lirih dalam isak sahabatku, di dalam musala rumah sakit ini. Baru kusadari hanya nama-Nya yang sanggup diucapkan dalam kondisi di luar dugaan ini.

Sesaat aku seperti berasa bermimpi, lalu tersadar. Bukan mimpi. Yang kulihat mungkin hanya sekelumit kisah kehidupan. Bagian kecil dinamika manusia. Realitas. Yang Mahakuasa punya rencana. Ia-lah sebaik-sebaik perencana. Aku membayangkan bagaimana jika akulah yang ada di posisi Joe, sungguh aku mungkin tak sanggup. Semoga Tama cepat diberikan kesembuhan. Aamin ya Allah..


Tidak ada komentar :