Awalnya, aku dan
beberapa teman sekelas sudah merencanakan untuk jalan-jalan ke Malang beberapa
hari sebelum Lebaran Haji pada Oktober lalu. Tetapi rencana kami tidak
terlaksana. Kebetulan aku dan empat teman lain ikut sayembara redesain
alun-alun Malang. Alhamdulilah,, kami berhasil masuk nominasi untuk kategori
mahasiswa dan diminta untuk presentasi di Balai Kota Malang J.
Aku, Refi, Ray, Hanni, dan Mas Rizki tergabung dalam satu tim yang bernama
“Sasaji” alias salam satu jiwa. Konseptornya adalah si Mas Rizki yang memang lulusan
Malang sana. Temanku, Jo dan Yudha, juga berhasil masuk nominasi kategori umum.
Jadilah kami berencana untuk sama-sama berangkat ke Malang. Mungkin karena
ramean ya, trio Titis-Aini-Ami juga ikutan ke Malang. Mereka nggak ikutan lomba
sih, Cuma pengen jadi penggembira kami saja, hehe. Anyway meski demikian, kehadiran mereka emang bikin rame suasana gitu. Nggak kebayang kalo ga ada mereka bertigam ahahha *tiba-tiba terharu*
|
Tanpa mereka, langit tak berbintang *jjiaaahhahaha |
Kami semua pesan
sembilan seat untuk kereta kelas ekonomi Matarmaja.
Kondisi perekeretaapian
Indonesia sedikit demi sedikit memang mengarah ke lebih baik. Yes, patut diacungin
jempol. Udah nggak ada lagi yang namanya ekonomi tiket berdiri uwel-uwelan di
gerbong. Ber-AC pula. Tapi kemarin itu AC nya nggak berhasil mendinginkan
gerbong yang kami naiki. Walhasil kami semua sauna. Beberapa dari kami sengaja
membuka jendela untuk membiarkan angin masuk, meski akhirnya petugas menyuruh
kami menutup lagi (biar ada kerjaan petugasnya, haha).
Perjalanan kereta malam
kami lancar (kemudian joget kereta malam -__-), hingga pada akhirnya ketika
kereta memasuki wilayah pantura setelah Tegal, kami dihebohkan oleh penemuan
ular sanca di pojok bangku kereta salah satu penumpang di gerbong kami. Grrrr..
sumpah nyebelin dan ngagetin. Satu gerbong panik, langsung naik ke bangku.
Khawatir kalau-kalau masih ada uler lain di situ. Hii.. Mendadak inget film
snake on the plane. Entah siapa yang bawa. Mungkin karena anget ya, jadi si
uler melingker aja di pojokan sampai petugas mengambil dan membawanya keluar
gerbong. Fyuh,,alhamdulilah
Masuk Semarang, kami
disambut oleh ringtone khasnya stasiun Semarang Tawang. Kereta melaju kencang.
Setibanya di Solo Jebres, kereta berhenti cukup lama. Huaaah.. aku dan beberapa
teman turun untuk merilekskan badan. Wow, bangku kereta ekonomi memang didesain
nggak nyaman. Bangkunya tegak lurus sembilan puluh derajat. Pegel pegel
dah..haha. Aku langsung pesan teh panas. Mas Rizki dan Yudha ngopi. Ah,,Solo
Jebres. Hanya selangkah lagi ke rumah Mbah Sani dan rumah Mbak Muk. Pengen
banget mampir sebentar, sambil nyicip nasi liwet hehe.
|
Let's go to Malang guyss!! :D |
Kereta lanjut berjalan.
Tiba di Madiun, dua orang penumpang yang duduk di hadapan kami turun.
Lumayanlah jadi ada ruang untuk kaki selonjoran. Baru pada pukul tiga aku
berhasil lelap sempurna sampai Kediri.
Pertama kalinya aku
menempuh perjalanan dengan kereta api melewati Madiun. Biasanya hanya sampai
Madiun. Kereta melewati kota-kota kecil, diantaranya Kediri dan Blitar.
Pemandangan yang disuguhkan adalah lanskap pertanian, lanskap perkotaan skala
mikro, perkampungan. Yang seru adalah ketika melewati dua terowongan serta
pemandangan bendungan (bendungan apa ya itu namanya). Akhirnya pada pukul
delapan kereta tiba di Stasiun Malang.
Kesan pertama ketika
tiba di Malang adalah bersih. Hampir tidak ditemui sampah di pojokan
jalan-jalan di Malang. Hawanya juga lumayan sejuk. Masih banyak dijumpai pepohonan
tua di tiap sudut kota. Median jalannya juga lebar dan hijau, ditata dengan
taman jalan yang apik. Lokasi yang bagus untuk kuliah lapang anak lanskap,
hehe.
|
Alun-alun Malang yang akan direvitalisasi |
Malang adalah kota
kolonial. Banyak bangunan tua dengan fasad khas Eropa yang tersebar di seantero
kota. Ada kawasan Idjen Boulevard, yaitu kawasan permukiman kolonial yang
terawat dengan median jalan yang lebar. Lanskap jalan ditata dengan baik dan
rapi sehingga memberikan identitas kawasan. Tidak hanya di kawasan Ijen, pada
kawasan lain juga ditata dengan baik, meski tetap ada daerah urban sprawl yang tampak pada pinggiran
kota.
Kota memang ruang yang
dinamis; perubahan dapat terjadi sewaktu-waktu. Menurut teman-temanku yang orang Malang dan sering ke sana - Mas Rizki,
Aini, dan Ray – Malang sedang mengalami hal tersebut. Tata ruang kota banyak
yang berubah karena alasan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Banyak muncul ruko-ruko
dan perumahan baru. Sama halnya Bogor. Malang mungkin masih lebih beruntung
jika dibandingkan Bogor yang mengalami kemacetan parah, bukan hanya pada jam
berangkat dan pulang kerja, tetapi juga pada akhir pekan. Sebenarnya sih Malang
juga mengalami hal itu, namun belum separah Bogor.
Jakarta-Bogor-Puncak
terhubung oleh Tol Jagorawi, seumpama urat nadi yang mengalirkan orang dan
barang dari hilir ke hulu. Sama seperti Surabaya-Malang-Batu. Belum ada jalan
tol-nya sih, entah mungkin sudah ada planningnya. Hmm..nggak kebayang kalau ada
jalan tol.
Kedua kota tersebut
memang sama-sama dekat dengan kota besar: Jakarta dan Surabaya. Menjadi
destinasi favorit warga dari wilayah dataran rendah yang mencari suasana khas
pegunungan, udara yang lebih sejuk, serta nuansa pertanian dan atraksi wisata.
Puncak dan Batu, keduanya adalah wilayah yang lebih tinggi dari Bogor dan
Malang. Sama-sama menjadi destinasi wisata dan daerah pertanian tanaman dataran
tinggi.
Bogor dan Malang
sebenarnya sama-sama dirancang oleh arsitek yang sama, Thomas Karsten. Kedua
kota tersebut terletak pada ketinggian yang cukup nyaman sebagai lokasi
kediaman orang-orang Belanda. Menurutku, Bogor agak tertinggal dibandingkan
Malang dalam hal pemeliharaan aset budaya, benda-benda sejarah/kolonial,
pengembangan tata ruang kota, regulasi, serta kebersihan. Itu pengamatanku lho
pembaca, hehe. Kalau sudah pernah mengunjungi kedua kota tersebut, mungkin
pembaca dapat merasakan perbedaannya. Tapi memang nggak adil membandingkan
Bogor dan Malang. Tiap daerah memang punya plus minus nya masing-masing. Aku
tetap suka Bogor, dengan segala kekurangan dan kelebihannya :D
Malam pertama, kami
menginap di rumah kakak Mas Rizki di daerah atas yaitu di Kecamatan Dau.
Titis-Aini-Ami menginap di asrama putri di dekat kampus Aini dulu. Perjalanan
ke sana mirip dengan suasana jalan dari Jogja ke Kaliurang. Menanjak. Dari
rumah kakaknya, aku bisa melihat pemandangan Malang yang terletak di bawah
kami, seperti di lembah. Beberapa gunung mengelilingi Malang. Diantaranya Gunung...hem,,ga
apal saya. Belum buka peta lagi. Hihihi. Yang pasti suasana di atas lebih sejuk
lagi. Ada dua ponakan Mas Rizki yang lucu-lucu, Beda setahun tapi seperti anak
kembar. Mereka tampak senang dengan kehadiran kami, enam orang om-om dari
Bogor, hahaha.
Setelah Jumatan dan
tidur siang, kami meluncur naik mobil rental ke daerah Sukarno Hatta: nyari
bakso. Sebenernya baksonya enak sih, tapi sayang kelewat asin menurutku. Bakso
pentolnya enak. Bakso ati-ampelanya kurang enak karena asin. Tak lupa kami
membeli bakso beku buat oleh-oleh arl pasca 2012 di Bogor, hehe.
Perjalanan dilanjutkan
menuju Batu. Mas Rizki berinisiatif mencari rute alternatif ke sana. Ternyata
ada hajatan warga desa sehingga kami memutar melalui jalan kampung..dan kami
semua hampir nyasar. Di depan kami ada jalan muat satu mobil dan amat gelap
dengan pepohonan. Untunglah nggak jadi kesana, dan memang itu bukan jalan ke
Batu. Coba kalau kami nerus kesitu.hihihi..
Kami tiba di Batu, dan
langsung masuk ke Batu Night Spectacular (BNS)..Woww..ini toh Batu, kotanya KD
sama Yuni Sara,haha. Semacam Dufan-nya Batu. Ada beragam permainan seru disini.
Ontang-anting sama piring muter-muter. Wahana terakhir yang kami coba adalah
rumah hantu, tapi masih kalah seru dibandingkan rumah hantu Taman Safari,
hahaha..
|
Di Batu Night Spectacular. Seruuu :D |
Selepas dari BNS, kami
mengunjungi alun-alun Batu. Wow, bentuk toilet umumnya bentuk apel. Alun-alun
Batu sangat menarik menurutku. Ada zona bermain anak-anak, zona permainan air,
zona untuk perokok, serta tempat untuk duduk-duduk. Sculpture-sculpture menarik juga ditampilkan di alun-alun ini.
Salah satu yang menarik adalah sculpture
singo edan+bola. Yeah, singo edan merupakan ikon klub Arema yang kesohor itu.
Di sisi Barat terletak Masjid. Di sisi lainnya tidak menganut konsep alun-alun.
Hanya terdapat ruko dan kedai. Kami bersembilan mencicipi makanan khas Batu,
yaitu ketan. Aku dan Ray juga beli cilok. Tak lupa teh panas karena hawanya
lumayan dingin.
|
Ini enaaaaak |
Batu dulunya masuk
wilayah Malang dan kemudian lepas membentuk kota mandiri bernama Kota Batu.
Seharusnya kita juga menyebut Apel Malang sebagai Apel Batu sih, tapi memang
orang sudah terlanjur mengenal Malang sebagai kota Apel, hehe.
Esoknya, perjalanan
kami lanjutkan menuju Guest House Kota Malang. Kami drop barang bawaan kami
disana, lalu kami menjemput trio macan (hehehe) di asrama putri. Kami menuju
alun-alun Merdeka, yaitu alun-alun yang disayembarakan itu. Sesaat kami
berkeliling untuk feel the land. Nah,
kebetulan ada penjual tahu petis di pojokan dekat dengan Mesjid Agung, jadilah
kami bersembilan menyerbu si bapak penjual tahu petis. Muantap rek,, tahu
goreng dibelah, diisi saus petis, rawit, dan garam. Pedes-pedes asin enak,
hahaha.
Selepas zuhur, kami
lanjut mencari makan siang. Khasnya Malang ada yang disebut dengan Tahu Telor
dimana telur digoreng dadar dengan tahu didalamnya disiram saus kacang dan
sayuran ala pecel + nasi dan kerupuk. Murah meriah dan enak :D
Destinasi berikutnya
yaitu Lawang. Sebelum mencapai Lawang, kami sempet nyasar gara-gara liat plang
‘memorial park’. Yeah, Mas Rizki sangka itu adalah taman yang gimana
gitu,,ternyata,, itu adalah pemakaman untuk warga keturunan Tionghoa, hahaha.
Puter balik lagi dah, ikuti jalan yang lurus, menuju Lawang :D Setibanya di
Lawang, kami masuk ke outlet Republik Telo, yaitu pusat oleh-oleh serba telo
alias ubi. Ubi ungu sih tepatnya. Ada es krim telo, ada keripik, ada mi, ada
bakpia, ada pia, ada juga teman-teman si telo seperti stroberi, wortel, dll.
Bahkan dijual juga mukena warna ungu telo. Ada mobil mister bean juga. Serba ungu,
seperti telo, hehe. Recommended buat kamu yang lagi melintasi jalan raya
Surabaya-Malang.
Malamnya, kami makan di
warung tenda Stadion Gajayana. Nasi goreng ayam pedes, dan berhasil bikin
perutku mules, hehehe.
Besoknya kami
presentasi di Balai Kota. Seharian, kami hanya berkutat di Gedung Balai Kota
yang jadul abis. Untung paginya aku sarapan dua piring: tahu telor dan rawon
(ya ampon dah,,).
|
Pemandangan dari Balaikota Malang |
Gedung Balai Kota Malang
keren, kolonial banget gedungnya. Meski pada akhirnya kelompokku tidak berhasil
menyabet juara, kami merasa bangga dan senang bisa tampil di Balai Kota Malang
:D Kami jauh-jauh dari Bogor, dapet nominasi, wuih senangnya Alhamdulilah,
hehe. Jo dan Yudha berhasil mendapat juara II untuk kategori umum. Selamat! :D
|
Refi menunggu undian presentasi dari panitia |
|
Mas Rizki sedang presentasi |
Sedikitnya ada rasa
kecewa karena kelompokku tidak berhasil mendapat juara. Manusiawi banget kok.
Aku pun kecewa. Satu tim kami kecewa. Ada banyak pertanyaan dan protes yang
kami lontarkan selepas pengumuman. Hal yang lumrah. Saat presentasi, contohnya, kami
mengenalkan tanaman-tanaman berkarakter Malang, tapi juri sama sekali nggak ada
yang nanya (mungkin nggak ngerti ya). Lalu untuk serapan air hujan, kami
mengubah sedikit lahan untuk dibuat basement sebagai area parkir. Kami juga
buat pedestrian tunnel, tapi salah seorang juri kalau ada pipis dan menimbulkan
bau bagaimana,,,Kasih aja pengharum buatan, hahaha.. Yeah meskipun tidak dapat
juara, semoga penyelenggara bisa memakai konsep tanaman yang kelompok kami
usulkan, biar alun-alun yang nanti dibuat secara ekologis bermanfaat,, dan
berkarakter. Sebenarnya hal aneh dalam kompetisi kemarin adalah tidak ada
perwakilan ahli arsitek lanskap atau ahli lingkungan dan sejenisnya. Kebanyakan
arsitektur. Memang tim lain gambarnya bagus-bagus banget sih,, apa efek kosmetik ya? Jadinya ada persepsi yang berbeda di dalam memandang alun-alun sebagai
ruang terbuka hijau. Yah sudahlah, tidak apa-apa (sini puk-puk dulu, yuk makan bakso yuk, hehe).
|
Trio Kacamata, hahaha |
Kami tak banyak bicara
sepanjang perjalanan kembali ke guest house.
Setelah istirahat
sejenak di kamar penginapan, kami berencana untuk jalan-jalan. Tanpa
sepengetahuan trio macan, kami berenam para lelaki (bahasanya,,hahaha)
keluyuran keliling kota mencari makan malam. Malang kala malam memang tampak
semakin kolonial dan pusaka. Ada banyak tempat gaul dan makan jajan di sini.
Semuanya tampak seru dan rame, meski jalanan mulai sepi. Kampus-kampus
terhubung oleh banyak spot makanan asyik (bah, aku ngiri banget sama
kampus-kampus di sini,,, hehe). Oya FYI di Kota Malang ini zonasi ruangnya
sudah baik lho, jadi kampus-kampus itu membentuk suatu cluster yang jaraknya tidak
terlalu jauh. Ada Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang, UIN, ITN, dll. Kalau kampus asalnya Mas Rizki dan Aini
yaitu Universitas Tribhuana Tunggadewi. Ada jurusan Arsitektur Lanskap-nya lho,
hehe (promosi :P ). Mahasiswa disini kata Mas Rizki doyan nongkrong. Pulang
kuliah,,ngupi-ngupi,,malem juga. Asyik yeuh. Pengen deh kampus Darmaga ada
tempat nongkrongnya.. selain LSI, Bara, korido-koridor, dll.hehehe
Aku coba pesan capcay
di salah satu kedai depan SOB di jalan apa gitu lupa, dan hmmmmmm lezaaat. Pas
banget dengan kondisiku yang lagi masuk angin karena seharian di balai kota
(ndesonya..). Ada daging ayam, udang, bakso, serta sayuran segar sebangsa
wortel, brokoli, kol kacang kapri,, kuahnya juga ringan, nggak terlalu asin
atau rasa mecin. Hmm..meski nunggunya lumayan lama, puas banget bisa nyobain
capcay panas di tengah malam :D
Esoknya, aku, Refi, Mas
Rizki dan Ray menuju Surabaya. Ayahnya Mas Rizki datang menjemput kami dengan jeep *kemudian empet-empetan bertiga*. Joe, Yudha, Tish, Aini dan Ami pulang naik Matarmaja lagi ke Jakarta. Kami pulang naik pesawat. Sambil nyobain Bandara
Juanda seperti apa, hehe. Kalau aku karena mengejar kuliah esok hari,, hiks udah absen dua kali soalnya.
Sebelum ke bandara, saya, Ray, dan Refi diajak ke rumah Mas Rizki di kawasan Kejapanan. Di perjalanan kami sempat mampir istirahat shalat di Mesjid Muhammad Cheng Hoo. Wih..serba meraah.. mesjidnya chinese banget.hehe.
|
Masjid Muhammad Cheng Hoo, Pasuruan |
|
Ini nih namanya kupang :D |
Tiba di rumah Mas Rizki sudah sore. Kami juga diajak ziarah ke pusara almarhum ibunda Mas Rizki. Tak lupa kami nyicipin kupang, makanan khas lokal. Guriih. Saya dipinjamkan motor, jujur agak ngeri. Jalanan provinsi, lebar-lebar gitu dan banyak truk. Tapi seru sih :D
Sayang kami melalui
kawasan lumpur Sidoarjo kala malam, hanya tampak tanggul tinggi serta rangkaian
kereta api yang melintas. Sebelumnya tak lupa kami mencicipi kulinernya Sidoarjo yaitu Kupang (lontong ditabur kerang-kerang kecil, petis, dll), serta
Rawon (nasi+empal dengan kuah hitam kluwek,, biasanya juga pakai telur asin). Mantep segerr..haha. Emang beda ya kalo makan makanan khas di tempat asalnya tu rasanya membahagiakan hehe.
Bandara Juanda sebenernya terletak di Sidoarjo, bukan Surabaya. Ya sama kasusnya seperti Bandara Sukarno-Hatta yang sebenanrnya ada di Tangerang, Banten, bukan di Jakarta. Bandara Juanda bagus, beda sama Soetta yang sepertinya butuh sentuhan desain biar agak menarik,hehe.
Pertama kali ke Malang, pertama kali ke Sidoarjo, dan pertama kali naik Citi*link, hahaha..
Perjalanan ke Malang
kali ini memang berkesan, haha. Kulinologi, geografi, sejarah, budaya,
sosial filsafat, agama,,banyak pelajaran bisa kuambil (cieeh.. *lempar diktat kuliah). Semoga berkesempatan ke Malang lagi dalam acara dan nuansa yang berbeda, aamiin...
|
Love you guys! :D |