expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 06 Maret 2015

SBE

Salah satu metode yang jamak dilakukan oleh jurusan arsitektur lanskap adalah metode scenic beauty estimation alias  SBE. Metode ini adalah pendekatan dalam upaya mengkuantifikasi suatu keindahan objek oleh pengamat tertentu sehingga dapat diperkirakan nilai estetikanya (ebuset..awas mabok). Apapun bisa di SBE-in: taman, hutan, tajuk pohon, gunung, segala objek alam, bahkan mungkin orang yang ditaksir (eaa...).

Hal yang menyebalkan dari metode ini adalah ketika kau harus mengumpulkan responden untuk diminta melakukan penilaian. Pernah disuruh ngisi kuesioner online sama temen? Pernah diminta sama mbak-mbak/mas-mas di tempat umum untuk mengisi semacam angket? Mengisi SBE mirip-mirip seperti itu. Pasti rasanya malas ya?

Sebagian orang merasa sangat malas untuk mengisi.

Padahal, mengisi kuesioner adalah pekerjaan paling gampang sedunia yang mikirnya gak pake lama. Tapi ya tetep aja sebagian orang merasa malas dengan pekerjaan yang paling gampang itu, hahha.
Mungkin karena mereka hanya dibalas dengan ucapan ‘terima kasih’, wkwkwk.
Kebayanglah betapa pusingnya saya mencari responden untuk mengisi SBE penelitian saya. Walhasil temen saya Ray menyarankan saya untuk membuat acara berkedok ‘silaturahmi’ kelas. Jadi saya membuat woro-woro jarkom ke tiap angkatan untuk hadir ke kelas. Saya dibantu Ray juga menyiapkan nasi padang sebagai upah mengisi kuesioner. Gaji dari dosen pembimbing saya habiskan saja untuk beli nasi padang.

Dan ketika di kelas, ketika sebagian besar peserta ‘silaturahmi’ sudah tiba, awalnya saya membuka acara dengan sesi memperkenalkan diri masing-masing. Setelah itu, saya mengumumkan bahwa maksud dibuat acara itu adalah untuk membantu saya sebagai responden SBE. Kontan sebagian besar teman-teman saya protes, ahahaha. Ada udang di balik batu. Yeah, cincailah. Dikasih nasi padang juga nurut. Hahaha.. Akhirnya kuesioner SBE saya berhasil mendapatkan 30 responden.
There is no free lunch. Saya butuh jawaban, responden butuh ‘imbalan’. Beberapa teman mengatakan sambil berkelakar kalau ini ‘penipuan’. Saya balas saja dengan mengatakan bahwa mungkin kalau saya mengundang dengan lugas bahwa saya meminta mengisi kuesioner SBE saya mungkin tidak akan ada yang datang. Teman-teman saya lantas tertawa, nyengir. Mungkin membatin. I don't care.
Setidaknya saya jadi tahu betapa susahnya mengumpulkan jawaban responden via kuesioner. Pelajaran moral: bantulah temanmu yang meminta kamu sebagai responden (meski tanpa imbalan nasi padang). Mana tahu di masa depan kamu yang justru akan meminta bantuan mereka, entah apa pun itu.



Tidak ada komentar :