expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 17 Agustus 2015

Dirgahayu Republik Indonesia #RI70

Dua tahun lalu, di hari kemerdekaan RI, saya tengah berada di belahan bumi yang lain. Ceritanya jadi bagian orang-orang Diaspora Indonesia gitu (bhweheheh..gayaa). Saat itu sedang welcome party untuk peserta PARE Summer school serta ECOSUS di salah satu gedung di Kampus Universitas Hokkaido, Sapporo. Oya, program PARE Summer school itu semacam program kunjungan singkat dua minggu ke Kampus Universitas Hokkaido. Dengan modal bikin paspor, visa, bahasa Inggris nekat, lalu test di hadapan para dosen, alhamdulilah saya bisa sejenak tamasya ke luar negeri, hehehe. Oke lanjut. Sesaat sebelum kami menikmati hidangan welcome party, Doddy, kakak kelas saya, meminta waktu sejenak bagi kami delegasi Indonesia untuk bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kami lalu bernyanyi bersama dengan semangat. Kami yang dari Indonesia ini heboh tepuk tangan sambil memegang bendera merah putih. Dresscode pun sengaja merah-putih. Berhubung pesertanya juga banyak dari negara lain, mereka tampak biasa saja menonton kami (mungkin mereka mikir juga sih, ini orang Indonesia ngapain sih, heheh)

Sapporo, 17 Agustus 2013

Memori tentang perayaan hari kemerdekaan bagi saya tidak terlalu istimewa. Ketika saya kecil, momen tujuh belasan selalu diisi dengan berbagai perlombaan: lomba makan kerupuk, lomba balap karung, memasukkan paku ke dalam botol, dll. Yang saya tahu, tujuh belasan sama dengan makan-makan di malam hari lalu esoknya ikut lomba, hehe. Ketika saya SMP-SMA, momen tujuh belasan diisi dengan upacara pengibaran bendera di sekolah dan menikmati penampilan teman-teman paskibraka (prak..prok..prak.. *suara derap kaki).

Bagi saya, Indonesia adalah lebih dari sekadar momen perayaan hari kemerdekaan tujuh belas Agustus. Apakah Indonesia itu? (*tiba-tiba suara iklan di TV muncul *eh :v). Berada di suatu tanah yang bukan Indonesia meski hanya dua minggu, saya kangen dengan Indonesia. Kalo kata pepatah, rumput tetangga memang selalu tampak hijau daripada rumput kita sendiri. Makanya, gunakanlah pupuk dan rawatlah rumput kita agar juga hijau (*apasih). 

Saya kangen dengan suasana Jakarta meskipun macet-panas-debu. Saya kangen jajanan pinggir jalan (*lha). Saya kangen bumbu Indonesia (betapa tersiksanya saya hampir setiap hari makan ikan mentah T_T). Di saat yang bersamaan, saya juga sedih dengan Indonesia: Indonesia yang belum maju, yang belum tertib, yang belum bebas dari kejahatan korupsi, yang masih banyak anak yang belum menikmati  hak pendidikan, yang masih banyak pengangguran, yang masih hidup di bawah garis kemakmuran, yang masih sering konflik berbau SARA, dan seterusnya. Miris. Yah, negeri saya tercinta memang masih belum merdeka seutuhnya. 

Di negeri sakura, saya menyandang identitas 'saya orang Indonesia', meskipun kita tahu Indonesia itu tidak terdefinisikan. Kita bukan terdiri atas satu suku bangsa saja, bukan terdiri atas satu agama saja,  ataupun bukan terdiri dari satu kebudayaan saja. Indonesia memang terlalu 'kaya', ibarat raksasa, negeri kita masih terlelap. 

Kita memang secara luar memang sudah merdeka, dalam artian, kita sudah bebas dari jajahan bangsa asing. Namun, masih ada level-level merdeka berikutnya yang harus dicapai. Merdeka dari kebodohan, kemiskinan, intervensi asing, dll. Wuih,,berat banget ya bahasanya..Hehehe. Kita tidak mungkin mampu mengatasi semua itu sendiri. Memang harus bersama-sama membangun negeri kok. Jika kamu seorang pekerja, bekerjalah yang jujur. Jika kamu seorang mahasiswa, belajarlah dengan serius. Jika kamu seorang ayah/ibu/suami/istri/anak, bangunlah keluargamu sebaik mungkin. Kalau kata ibu-ibu PKK, keluarga adalah pondasi membangun negara. Jika kamu berkelana keluar negeri, kemanapun itu, jagalah nama bangsa, negara, dan agamamu. Setidaknya meskipun kamu tak bisa mengubah kondisi Indonesia saat ini, janganlah memperkeruh suasana. 

Sudah takdir saya menjadi seseorang yang berkebangsaan Indonesia. Masih boleh bagi saya menggantungkan cita dan harapan buat negeri ini. Mungkin generasi saya belum menikmati kemerdekaan seutuhnya. Tak apalah, Semoga generasi berikutnya bisa menikmati Indonesia yang lebih baik. Amiin.





Tidak ada komentar :