expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 22 September 2014

Ketika harus bertengkar dengan teman

Bertengkar merupakan situasi yang sebetulnya paling saya hindari. Bagi saya yang cinta damai, lebih baik menyelesaikan suatu masalah dengan kepala dan hati yang dingin ketimbang menyelesaikan dengan kepala dan hati yang panas. Tetapi memang benar adanya dalam suatu hubungan entah dalam keluarga, teman, pekerjaan, ataupun komunitas ada masa-masa dimana kita 'harus bertengkar.' Mungkin ini juga jadi bahan renungan juga bahwa ada sisi positif dari pertengkaran.

Saya terlibat dalam suatu pekerjaan yang membutuhkan beberapa orang. Kebetulan kami, satu tim, adalah teman satu kampus. Saat pembagian fee pekerjaan, muncul beberapa pertanyaan. Pertanyaan saya lontarkan kepada teman saya sebagai project leader. Entah saya yang terkesan mencela atau ada kata-kata yang menyinggung, saya merasakan ada kesan yang tidak baik yang saya tangkap dari teman saya tersebut. Melalui surat elektronik, saya memahami bahwa saya digambarkan sebagai orang yang tidak terima dengan pembagian fee. Benar. Saya tidak terima. Dalam item pekerjaan terdapat kejanggalan pembiayaan dan saya mencoba menanyakan kepada teman saya tersebut.

Sayangnya, saya tidak menemukan solusi dari percakapan kami. Kami bertengkar: melalui surat elektronik. Tak ada telepon maupun kabar darinya. Walhasil keegoisan kami - sepertinya -  menyebabkan kami bertengkar via surat elektronik. Sudahlah, saya pun malas meneruskan masalah. Ujung-ujungnya adalah saya meminta maaf pada teman saya tersebut atas sikap saya yang kurang berkenan.

Dalam pekerjaan, entah itu melibatkan teman ataupun sekedar teman kerja biasa, memang harus ada aturan main yang jelas. Saya juga salah karena tidak menanyakan/negosiasi pada tahap awal sehingga menimbulkan permasalahan di akhir. Yang mengagetkan mungkin dari perubahan sikap saya yang ditangkap oleh teman saya tersebut. "Kamu berubah ya Pram? Kamu sekarang kok lebih blak-blakan.."

Saya langsung berpikir seperti apakah saya yang dipersepsikan oleh teman saya tersebut.

Apakah saya dikenal sebagai pribadi yang baik? Yang tenang dan tidak blak-blakan?

Perilaku seseorang mungkin bisa berubah. Saya merasa sih, dulu saya memang pasif. Cenderung diam. Diam yang parah.Tetapi saya sekarang merasa harus berubah. Setidaknya sedikit-sedikit memperbaiki diri. Jreeeng..berubaaah :D Memang dalam pertemanan selama hidup saya selalu mengalami fase pertengkaran, bahkan dengan teman karib sekalipun. Tetapi, saat bisa menyadari posisi dan mengerti kondisi teman, setidaknya dapat dipahami mengapa dia/mereka bertindak seperti itu. Saya mencoba memikirkan seperti itu kepada teman saya, meski rasanya susah karena terlanjur kesal. Tetapi yah, sudahlah. Saya selalu ingin mengakhiri masalah dengan penyelesaian yang indah. Itu saja. Dan akhirnya memang saya dan teman saya pun kembali tenang seperti biasa.

Secara tidak langsung, saya bersyukur saya pernah bertengkar dengannya.




1 komentar :

desiad mengatakan...

wah mas pram bisa protes juga, kirain cuma bisa senyum2 sama makan ajaa hehehe *piss (^^)V